Bab 22

133 19 1
                                    

Maaf bagi yang sudah
lama nunggu Dua Hati
Up ...

Penulisnya lagi spaneng!
Wkwkwkwk

Jadi sementara,
Enjoy this part, ok?

Love you all 😘😘😘

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Assalamualaikum!" Terdengar suara salam dari arah depan.

"Walaikumsalam. Dini ...."

"Wah, rame. Lho, ada mbak Anis disini,"ucap gadis itu seraya menatapku. Aku tersenyum dan mengangguk singkat.

Dia pun lantas menghambur ke pelukan papa. Lama, hingga akhirnya dia mengurai pelukannya saat mama mengusap lembut punggungnya, dia pun beralih ke pelukan mama. Sejenak aku terpaku melihat pemandangan mengharukan itu. Kulihat mama membisikkan sesuatu dan dia pun mengangguk.

Tak mau kalah dari orang tuanya. Mas Bram pun mendekat dan memeluknya dengan erat.

" Din-din ...." Aku tak pernah melihat dan melihat komunikasi keluarga yang begitu dekat seperti ini. Kupikir mereka terlalu berlebihan, hanya beberapa hari tak bertemu dan bersikap seolah-olah tak bertemu bertahun-tahun. Ada apa dengan keluarga ini?

Setelah memeluk mas Bram, dia pun mendekatiku, mencium pipi kanan-kiriku dengan canggung.

"Udah, yuk. Makan dulu." Kami pun melangkah ke ruang makan dan  melanjutkan acara makan yang sempat tertunda. Ramai dan seru, itu yang kurasakan. Selama ini aku hanya makan siang sendiri, paling juga dengan ayah saja. Kunikmati hari ini bersama calon keluarga baruku.

Suasana canda itu tiba-tiba jadi menegangkan buatku ketika Dini mengatakan kalau Andy mau datang. Apalagi mereka membicarakan seolah-olah Andy akan pergi jauh. Kemana ya? Kenapa Andy tidak pernah mengatakan apapun padaku. Apa benar Andy memang tidak lagi menganggapku penting baginya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Andy datang. Kami hanya melempar sapa sesaat. Dia sepertinya terburu-buru menemui Dini yang tengah duduk di gazebo teras belakang.

Demi mengusir rasa canggung, kutarik mas Bram menuju ruang tamu.

"Mas, apa yang kamu katakan tadi?" Aku mulai menginterogasinya.

"Kenapa, sih, Nis? Aku salah apa lagi?" tanyanya pelan.

"Kenapa bilang minggu depan mau lamar aku? Kan, aku sudah bilang  aku mau nyari adikku dulu."

"Dan aku sudah janji mau nemenin kamu nyari adikmu, kan?"

"Terus kenapa sekarang jadi mau lamar aku?"

"Kan, aku tadi sudah bilang alasannya."

"Ish!! Nemenin harus nikahin aku dulu, ya?"

"Memangnya kamu mau nyari kemana? Kamu mau kemana-mana denganku yang bukan mahrommu? Bukankah lebih aman jika aku menemanimu sebagai suamimu?"

"Tapi ...."

"Kamu belum siap? Atau kamu masih belum bisa melupakan Andy?" Aku tersentak mendengar tuduhannya. Benarkah? Apa iya karena Andy aku bersikap seperti ini? Tapi, apakah Andy akan membalas perasaanku bila aku terus mengganggunya?

"Nis. Andy itu nggak cinta sama kamu."

"Dari mana Mas tahu? Dia pernah bilang begitu?"

"Nis, aku lelaki. Aku tahu bagaimana lelaki akan memandang seorang wanita. Apakah dia cinta atau sekedar sayang seperti adiknya? Dan Andy, dia tidak memandangmu dengan tatapan cinta seorang lelaki pada perempuannya." Kenapa ada rasa perih dalam dadaku. Aku tahu kenyataan itu, tapi aku selalu berusaha menyangkalnya. Aku meyakinkan diriku, bahwa kelak perhatian dan sayang Andy bukanlah sayang kakak pada adiknya. Namun, semakin kesini, kenapa kenyataan itu semakin menjauhkanku darinya.

Dua Hati [Complete]Where stories live. Discover now