Selingan

116 16 2
                                    

Sambil menunggu Mbok_Dee menyelesaikan bagiannya. Yuk kita nikmati cerita-cerita selingan ini.

Hehehe...

Semoga mbak dee cepat pulih semangatnya. Tidak terlalu lama bersedih hati ...

Hip hip huraay...
Semangat mbok dee... 🎉🎉🎉

#MasaLalu

Seorang cowok berseragam putih-abu memetik beberapa bunga sepatu yang banyak bermekaran di taman itu. Setelah dirasakannya cukup, dia melangkah mendekati seorang gadis berseragam sama yang tengah duduk memeluk lututnya sambil terisak.

"Buat kamu," katanya sambil mengulurkan bunga itu. Terkejut dengan kedatangan cowok yang dikaguminya selama ini, gadis itu pun spontan berdiri.

"Buat apa?" tanyanya sambil mengusap wajah, mencoba menghapus jejak airmata di pipinya.

"Ck. Biasanya cewek itu suka kalau di kasih bunga. Aku jadi ragu, kamu cewek atau bukan?" jawabnya kesal.

"Biasanya, lelaki itu kasih bunga mawar buat cewek, bukan bunga ginian. Daripada kasih bunga sepatu, kasih sepatunya aja, sih," elaknya sewot.

"Matre."

"Biarin. Kamu dulu yang mulai."

"Aku, kan, cuma ingin menghibur kamu. Nanti aku cari mawar, deh. Terima ini dulu, ya, buat depe."

Anisa, gadis itu tertawa mendengar kata-katanya.  Diraihnya bunga itu dari tangan Andy, cowok tampan yang berdiri di depannya. Cowok itu tersenyum bahagia, senyum yang sempurna.

"Nis. Kamu harus janji sama aku. Jangan bersedih sendiri, ya? Kamu boleh ganggu kapan pun kamu butuh aku. Akan kusiapkan bahuku untuk sandaranmu."

Anisa menatapnya tajam. Mungkin Andy tak menyadari, kalau kata-katanya begitu dalam masuk ke dalam hati gadis lemah lembut itu.

"Jangan menjanjikan apa-apa padaku, Ndy. Aku takut kamu akan lupa." Anis menggelengkan kepala.

"Tidak, Nis. Aku tidak akan lupa. Kamu harus percaya padaku seperti aku percaya padamu. Aku sayang kamu."

Anisa menundukkan kepala. Rasanya tak sanggup lagi menahan sesak di dada. Satu-satu airmatanya luruh membasahi pipinya yang mulus. Isak pun tak mampu lagi disembunyikannya.

Andy  mengulurkan tangannya pelan dan mengusap lembut pipinya.

"Anisa ...."

"Aku lelah, Ndy. Kenapa Tuhan memberi aku cobaan seperti ini?"

"Sssttt ...." Dia meraih tubuh gadis mungil itu dalam peluknya.

🌸🌸🌸🌸🌸

#MamaWita

Namaku Wita Purnama Sari. Aku adalah ibu dari Bramantyo Ambhita. Saat ini, aku sedang berdiri di belakang tembok ruang tengah. Sstt!! Aku sedang mengintip anak lelakiku yang sedang bertengkar dengan kekasihnya di depan.

Tanpa sadar aku mengulum senyum. Rasanya senang sekali mendengar perdebatan mereka. Bram sepertinya benar-benar jatuh cinta pada gadis itu.

Baru kali ini juga aku melihat ada gadis yang tidak memandang Bram dengan tatapan memuja berlebihan. Sepertinya dia bisa mengimbangi Bram ke depannya.

"Ma, lagi ngapain," tanya Mas Aditya--suamiku seraya mencolek bahu.

"Sssttt!!!" Aku menunjuk pada dua orang di seberang ruangan yang masih terlihat sama-sama ngotot.

"Ih, Mama nguping, ya?" godanya.

"Pa, Mama juga jatuh cinta, nih, sama Anis. Rasanya Bram kali ini menemukan wanita yang tepat."

Mr. Aditya Ambhita mengangguk-angguk setuju.

"Udah, yuk, Ma. Ntar ketahuan mereka, kan, jadi ga enak." Dia menarikku menjauh.

Ah, Bramantyo. Kalau kau bahagia, Mama juga bahagia.

"Ma, Pa. Fix minggu depan kita lamaran ke rumah Anisa, ya?" kata Bram dengan berbinar. Kulirik wanita dibelakangnya. Sekedar ingin tahu ekspresinya.

Wajahnya merona, tapi dia mencoba bersikap biasa. Tersenyum tapi tidak sampai ke mata. Kurasa dia menyimpan sesuatu.

"Bram ... kamu tidak memaksakan kehendak, kan? Bagaimana dengan Anisa? Dia tidak keberatan, kan?"

Kulihat Anisa sedikit terperanjat, tapi secepat kilat dia kembali tersenyum.

"Tidak, Ma. Biarin aja Mas Bram lamaran, nanti Anis kan bisa tolak dia di sana." Bram mendelik mendengar kata-kata wanita itu. Namun, Anisa justru memeletkan lidahnya lalu tertawa.

Ah! Rupanya mereka sedang bercanda.

"Hahaha! Betul, Nis! Permalukan aja dia di sana." Kusambung candaan mereka, hanya sekedar ingin melihat reaksi Bram.

"Ck! Mama! Kenapa aku jadi merasa dianaktirikan di rumahku sendiri." Dia menunduk pilu.

"Lebay!!" teriakku dan Anisa bersamaan. Kami saling menatap dan tertawa bersama. Ah, rasanya aku akan sangat bahagia bila menghabiskan masa tuaku bersamanya. Anisa.

🌸🌸🌸🌸🌸

#


Dua Hati [Complete]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt