extra part 1

212 14 2
                                    

Bonus, nih ....

Jangan lupa klik bintang yaa... 💕💕

Thank you.
Love you.

****

Beberapa hari sebelum pernikahan Bram-Anis.

Written by Mbok_Dee

Sedih sekali malam mingguku, setelah menyelesaikan draft rancangan villa Mr. Sal (lagi) dan meng-email 1 desain dan 1 alternatif kurapikan semua barang-barang diatas meja kerjaku. Kantor mulai sepi, tinggal beberapa orang yang memang tinggal di seputar kantor masih berkutat di sini. 

"Hayo. lagi download apaa? Bokep ya," teriakku dari ambang pintu waktu melihat Uchie dan beberapa staf laki-laki yang sibuk dengan laptop dan telpon selular masing-masing.

"Bocah edan." Mas Galuh berjalan melewatiku dan menarik ujung jilbabku membuat kepala ini tertarik kebelakang.

"Mas!" Hardikku dengan tangan berusaha untuk memukul tangan gempalnya.

"Makanya itu mulut dijaga,"

"Iya iya, lagi ngapain sih semua ngumpul disini?" Jiwa kepi didalan diriku kan jadi kesentil.

"Ngapain Loe? Pulang sana!" Uchie mengusir saat aku berusaha melihat dibalik layar laptopnya.

"Ini pada make wifi kantor untuk apaan sih, aku laporin Papa lho!" ancamku sekali lagi, tapi sepertinya gak mempan.

"Telat, tadi aku udah ijin pak Bos." jawab Uchie jumawa sebelum meneruskan apapun yang dia kerjakan.

"Ikutan ya." Kali ini aku merubah strategi, dengan memasang tampang semelas mungkin.

"Gaaakk!" jawab mereka semua bebarengan. Ya Allah, aku curiga dan kepo akut ini. Tapi untuk mengobati sakit hati, aku berdiri dan melangkah dengan anggun menuju pintu. Dengan pelan aku menggerakkan tangan menuju saklar lampu didekat pintu keluar, dengan cepat menakannya membuat lampu ruang rapat mati semua dan cepat-cepat berlari menuju mobil sebelum pembalasan dendam mereka lancarkan.

"Bocah edan!!" terdengar teriakan dan beberapa staff lainnya misuh-misuh dan aku tertawa terpingkal-pingkal sampai mengeluarkan air mata.

Mereka tim kerja yang solid meski terkadang menjengkelkan. Contohnya pagi ini, setelah Uchie membagi info bahwa pacarku ditelan dugong mereka semua kompak membanjiri chat dan email ku dengan foto dugong. Kurang kerjaan banget mereka itu.

Ah, Mas Andy. "Jadi kangen kan," gumamku sendiri.

Ddrrrtt ... telpon genggam di dalam tas terasa bergetar, setelah mendapatkannya bisa kulihat nama Mas Andy.

"Assalamu'alaikum sayangnya Dini." Jawabku.

"Wa'alaikumusallam kesayangan Mas. Lagi dimana?"

"Baru mau pulang nih, abis lembur tadi. Mas jadi pulang?" Aku tak sabar menantinya pulang, sebentar lagi Mas Bram nikah. Aku membutuhkannya ada di sisiku.

"Maaf ya sayang, Mas gak jadi pulang nih. Tapi Mas janji pulang untuk nikahan Mas Bram."

Pengen banget aku marah, tapi inget apa pesan Mama. Aku harus siap jadi istri dokter, karena dia dibutuhkan banyak orang. Berusaha menahan kecewa, meneruskan beberapa menit mendengar suaranya sebelum tiba-tiba sambungan telpon itu terputus.

"Sinyal biadab, gak ngerti apa kalau aku masih kangen pacarku."

Ddrrtt .....

"Ya sayang," jawabku tanpa melihat terlebih dahulu nama siapa yang muncul.

"Seneng banget dipanggil sayang,"

"Ya Allah Mas Biru. Maaf, aku kira Mas Andy yang telpon. Karena barusan dia telpon dan terputus."

" .... " mendengarkan suaranya yang sempat menghilang beberapa lama dari ruang dengarku ternyata membawa sedikit rasa rindu.

"Oke oke, GM aja ya. Lagi males nyetir jauh-jauh nih." Aku mengiyakan ajakan makan siangnya besok.

"Taxi aja, nanti saya yang antar pulang. See you soon Honey."

"Mas Biruuuu,awas ya!" ancamku sebelum dia memutuskan sambungan telpon.

Aku memutuskan untuk menikmati hari-hari sendiriku sebelum Mas Andy datang. Eits jangan salah, aku bukan ingin selingkuh. Aku hanya ingin menikmati waktuku sendiri. Karena begitu Mas Andy datang, dia akan selalu menjadi pusat duniaku.

Sampai rumah sudah sepi, Mama Papa pasti sudah masuk kamar. Mas Bram pulang gak ya? Gangguin aaahh.

Kubuka pelan-pelan pintu kamarnya, kulihat badannya meringkuk dibalik selimut. "Mas, bangun."

"Bentar lagi, sayang" jawabnya. Bucin satu nih pasti lagi lagi mimpi mesum.

"Sayang sayang pala loe peyang." Aku teriak tepat di depan telinganya. Spontan Mas Bram terduduk dan melayangkan pandangan ke seluruh ruangan.

"Din din gemblung. Mas mu ini capek, tadi siang abis rapat di Pandaan langsung ngebut balik Surabaya."

"Kurang kerjaan, ngapain balik kalau gitu?"

"Makan siang sama Mbakyu mu, terus sorenya kita janjian sama temen Mas yang bikin baju tuh." Ada sedikit rasa sedih saat ini, aku harus berbagi Mas Bram yang selalu jadi pelindungku dengan orang lain. Meski Mbak Anis memang kakakku, tapi mulai dari kecil hingga sekarang, aku gak perlu berbagi Mas Bram dengan siapa-siapa.

"Mas, laper. Mak Yeye, yuk," ajakku.

"Halah gayamu! Mau ke UGD lagi? Belum makan malam kamu?" Aku menggeleng dan langsung menyesal telah jujur padanya. Hadeh, dia pasti ngomel.

"Kamu itu ...." Nah kan ....


Dua Hati [Complete]Where stories live. Discover now