-7-

2K 396 23
                                    

"Apa kepala batumu terbentur oleh sesuatu, Kim Namjoon?" tanya Yoongi tajam sembari menutup pintu besar itu dan bergerak mendekatinya.

Namjoon menatap Yoongi lelah, "Tidak. Kepalaku baik-baik saja." jawabnya pelan, mencoba meyakinkan Yoongi.

Yoongi memandanginya dengan mulut yang sedikit terbuka, matanya memicing, seolah Namjoon baru saja menyumpahinya dengan berbagai macam umpatan-umpatan kotor, "Lalu apa maksudmu tadi? Kau menyukai? Kau menyukai apa?" tanyanya lagi, berusaha memastikan bahwa indera pendengarannya masih berfungsi dengan benar.

Namjoon menghela nafas, "Aku tak tahu, hyung. Aku merasakan sesuatu hal yang aneh. Aku menyukai setiap gerak-geriknya, dan darahku berdesir deras saat matanya menatapku, hyung."

Yoongi menggelengkan kepalanya dan menodongkan telunjuknya ke arah wajah Namjoon, "Hentikan. Hentikan itu semua, Kim Namjoon. Dia adalah manusia, dan yang terburuk, dia adalah pelayan Tuhan. Hentikan semua perilaku ganjilmu ini atau aku akan menendang selangkanganmu dengan kuat." ucap Yoongi sambil bergerak menjauh dari pria itu, kakinya melangkah pelan menuju ke arah tangga melingkar di ujung sana.

Namjoon menatap Yoongi tak percaya, "Tapi, hyung."

Yoongi berhenti melangkah lalu melirik Namjoon dari balik bahunya, "Kita tidak boleh menyukai manusia, Namjoon. Itu amat sangat di larang, dan aku yakin kau paham benar akan hal itu."

Namjoon terdiam mendengar penuturan Yoongi yang sangat menusuk. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak ingin menatap punggung pria itu.

"Manusia.. Mereka makhluk fana dengan usia yang kelewat singkat. Mereka menua seiring waktu lalu mati dengan sangat cepat. Kau akan menderita dan tersiksa seumur hidup karena kematian mereka yang menyedihkan dalam kehidupanmu yang sangat panjang." ucap Yoongi lagi, nada bicaranya terdengar dingin dan berbahaya.

Rahang Namjoon mengeras, kedua tangannya mengepal kuat, "Kalau memang begitu, mengapa kita tidak menyeret mereka ke dalam keabadian yang sama seperti kita?" gumam Namjoon lirih. Kekeraskepalaannya itu mengambil alih akal sehatnya.

Yoongi menghembuskan nafas kasar lalu berbalik badan dan menatap Namjoon semakin tajam, "Jangan coba-coba melakukan hal itu, Namjoon. Manusia adalah makhluk yang lemah. Membuat mereka mengikuti jalan hidup kita akan memperburuk keadaan dan menimbulkan penderitaan menyakitkan bagi mereka. Kita bisa bertahan hidup karena menghisap darah, dan mereka tidak akan pernah bisa terbiasa untuk makan seperti kita."

Yoongi menatap lurus ke depan, kini ia nampak sedang menerawang jauh, sorot matanya seperti melayang entah kemana. "Bloodthirst. Rasa haus darah akan menggerogoti mereka hingga ke tulang belulang dan di saat yang sama, mereka tak bisa menelan darah karena rasa ketakutan dalam diri mereka." lanjutnya pelan, ia menatap mata merah Namjoon sendu.

"Dan pada akhirnya, mereka akan kehilangan kewarasan, dan kau harus membunuh mereka dengan tanganmu sendiri. Kau mau menjalani hidup seperti itu, Kim Namjoon?" tanya Yoongi sengit, raut wajahnya semakin mengeras.

Namjoon yang di tatap hanya terdiam dan menggigit bibir bawahnya kuat. Ia ingin menampik segala perkataan pria itu namun sama sekali tak bisa. Yoongi benar, pria itu mengatakan semua kebenaran.

Yoongi menampar keras pipinya dengan sebuah kenyataan bahwa dia dan Seokjin selamanya takkan bisa hidup berdampingan bersama-sama. Ia pemangsa dan Seokjin adalah mangsanya. Dan memaksakan kehendak, hanya akan berujung pada takdir memilukan dahsyat yang harus di hadapi oleh keduanya.

"Jauhi pastur itu, Namjoon. Jauhi dia, sebelum perasaan cintamu semakin tumbuh besar dan berkembang. Aku mengatakan hal ini untuk kebaikan dirimu." ujar Yoongi sembari berjalan maju menghampiri Namjoon. Ia meletakkan kedua tangannya di bahu pria itu dan menghela nafas berat.

TABOO - NamJinWhere stories live. Discover now