-22-

2K 313 26
                                    


.
.

I wonder which one will get you killed faster, your loyalty or your stubbornness?

.
.

Seokjin melangkahkan kakinya semakin jauh memasuki wilayah hutan belantara di belakang gedung gerejanya. Hutan itu memang begitu luas dan menyesatkan. Namun ia tak khawatir, ia sudah begitu hafal luar kepala mengenai struktur hutan tersebut.

Sembari merapatkan kemejanya yang sudah tak berkancing setengahnya, ia terus berjalan semakin dalam, hendak menuju suatu tempat yang ia tahu Jungkook tidak akan mampu menemukannya. Ia sangat membutuhkan ketenangan saat ini, dan menjauh dari adik angkatnya yang tengah menggila adalah satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya.

Ia sering berkunjung ke bagian terdalam hutan itu sendirian. Terkadang ia memang memerlukan waktu saat teduh untuk merenung atau sekedar mencari sedikit ketenangan. Jungkook tidak pernah tahu kegiatannya itu selama ini dan ia sangat mensyukurinya.

Sudah setengah jam lamanya ia terus berjalan memasuki lebatnya hutan itu. Berjalan sendirian di temani oleh lirihnya suara-suara hewan nokturnal yang mulai mengintip malu-malu dari sarangnya.

Langit di atas kepalanya mulai menggelap. Senja sudah lewat, matahari telah kembali ke peraduannya dan terganti oleh bulan purnama yang bersinar sangat terang pada malam itu. Gumpalan awan-awan mendung yang sedari tadi mengikutinya kini semakin menghitam.

Seokjin mempercepat langkah kakinya sambil terus mengatur hela nafasnya yang tak karuan. Ia harus segera sampai ke tempat itu sebelum badai atau hujan lebat turun dan mengguyuri tubuhnya. Ia memfokuskan segenap konsentrasinya, mencoba mengusir segala rasa sedih yang terus bercokol dalam relung dadanya.

Kemudian ia mengamati tangannya sendiri. Tatapan matanya menyendu tatkala menyadari bahwa dengan tangan itulah ia sudah memukuli adik kesayangannya sendiri agar bisa melarikan diri. Seokjin kembali merasa luar biasa buruk. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia tak boleh memikirkan hal semacam ini terlebih dahulu.

"Apa kau melarikan diri lagi, Seokjin?" tanya sebuah suara wanita yang mengalun lembut di dalam kepalanya.

Seokjin berdecak pelan, ia jelas tahu dengan jelas siapa yang tengah mengajaknya berbicara sekarang ini. Namun ia mengabaikan wanita iblis itu mentah-mentah. Ia tak mau menjawab pertanyaan Lilith dan lebih memilih untuk tetap diam membisu.

Ia dapat merasakan jika Lilith sedang menghela nafas ketika mendapat respon negatif darinya. "Kau mengacuhkanku lagi, huh? Apa kau sedang bersedih hati sekarang? Aku bisa merasakan seluruh perasaanmu, Seokjin. Kita ini saling terhubung. Kenapa kau tidak berbagi kegundahan hatimu itu denganku?" ucap wanita itu lagi, berusaha keras mengambil perhatian Seokjin yang nyatanya memang selalu mengabaikannya.

Seokjin menggertakkan giginya kuat-kuat, ia mencoba sekuat mungkin mengendalikan emosinya saat ini. Ia tak ingin dirinya kehilangan akal dan melakukan sesuatu hal yang lebih buruk lagi nantinya.

"Sampai kapan kau akan pura-pura gila dan mengabaikan keberadaanku di dalam tubuhmu? Sampai kapan kau akan terus keras kepala? Apa kau tidak merasa lelah, Seokjin?" bisik Lilith lagi. Seokjin yakin, wanita itu tengah menahan perasaan kesal dan kecewa di dalam sana.

Seokjin kembali diam. Ia tak ingin membuka suara sama sekali. Ia sedang tidak berada di dalam mood yang bagus untuk beradu argumen dengan iblis wanita itu.

TABOO - NamJinDonde viven las historias. Descúbrelo ahora