-16-

2.2K 355 86
                                    

.
.

"Half of me is beautiful, but you were never sure which half." - Ruth Feldman, Lilith.

.
.

"Mengapa kau selalu berada disitu? Apa kau mengikutiku?", gumam seorang anak lelaki yang sedang duduk meringkuk di sudut ruangan. Kaki-kaki kecilnya ia lipat ke dada dan kepalanya ia tenggelamkan disana.

Terdengar cengiran kecil dari dalam pikirannya, "Hum? Tentu saja tidak, sayang. Aku memang selalu berada disini sejak dulu." jawabnya halus.

Sang anak mengernyit, "Sejak dulu? Benarkah itu?" tanyanya memastikan.

"Ya, itu benar. Kau hanya tidak menyadarinya selama ini. Aku selalu bersamamu." jawab suara itu.

Sang anak menidurkan kepala kecilnya pada lututnya. Pandangan matanya menerawang jauh entah kemana.

"Apa kau sedang bersedih?" tanya suara itu.

"Aku hanya tidak mengerti mengapa semua orang menghindariku," gumamnya sedih, "Apa mereka membenciku? Apa aku telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan sehingga mereka memperlakukanku seperti ini?" tanyanya.

"Ah, mereka hanya tak bisa melihat keunikan dalam dirimu. Bagiku, kau sangatlah istimewa." jawab suara itu lagi.

"Aku.. Istimewa? Apakah itu mungkin?" tanya anak itu lagi, matanya menyipit ketika mengatakan hal itu.

"Tentu saja. Kau sangatlah berarti untukku, jadi jangan pernah bersedih lagi atas keadaanmu."

Sang anak mendongakkan kepalanya dan memandang ke arah sebuah jendela besar yang berada dalam ruangan itu. Ia menatap keluar dengan pandangan sendu. "Mereka menyebutku monster, iblis. Apakah itu juga benar?"

"Tidak, itu tidak benar. Tentu saja kau adalah seorang manusia, hanya saja sedikit berbeda dengan mereka semua."

Si anak tersentak kecil, "Apa yang membuat aku berbeda?"

Terdengar tawa renyah sebelum suara itu kembali menjawab, "Aku. Kau memiliki aku, itu saja yang menjadikanmu berbeda, sayang." jawabnya lembut.

Kemudian, anak itu memasang wajah murung, ia kembali menenggelamkan wajahnya pada lutut, "Apakah memilikimu merupakan sesuatu hal yang buruk?"

"Tidak. Kau berharga bagiku, Seokjin. Kau harus selalu ingat akan hal itu." balas suara itu.

Anak itu terkesiap, "Mengapa kau tahu namaku?" tanyanya penasaran.

"Aku sudah berada disini untuk waktu yang lama, bagaimana mungkin aku tidak tahu namamu, sayang?" balasnya di iringi sebuah tawa renyah.

Anak itu kembali menerawang, memikirkan hal-hal rumit yang seharusnya tidak perlu di pikirkan oleh anak seusianya itu. "Lalu, mengapa kau berada disana? Apa kau menginginkan sesuatu dariku?" tanyanya kemudian.

"Orang-orang di luar sana tidak menginginkanku, Seokjin. Mereka membenciku. Mereka bilang, aku ini adalah pembawa bencana yang gemar mengganggu mereka. Padahal nyatanya tidak seperti itu." jawab suara itu dengan nada sedih, "Tapi tidak apa-apa, setidaknya, aku memilikimu saat ini."

"Apa kau juga bersedih?" tanya anak kecil itu lagi, "Apa kau sedih dengan keadaanmu?"

"Sedih? Tentu saja aku sedih. Sedari awal, aku memang tidak pernah disukai orang. Aku selalu diperlakukan tidak adil." ungkapnya getir.

TABOO - NamJinWhere stories live. Discover now