-25-

3.2K 323 101
                                    


Warning: Contain explicit mature contents. Hard lemon.
Well babies, let's sin together tonight :)

.
.

"Kenapa kalian mengurungnya seperti ini? Dia seorang anak manusia, bukannya hewan! Apa yang sebenarnya kalian pikirkan?!" ucap seorang pria di depan pintu kamarnya.

Suara pria itu lumayan lantang. Ia yang nyatanya sedang melipat tubuhnya di sudut ruangan pun bahkan dapat mendengar suara itu dengan jelas. Ia mengangkat kepalanya sedikit. Mata kosongnya tertuju pada bayangan sepasang kaki manusia yang terselip di bawah kolong pintu kamarnya yang remang-remang itu.

"Tuan, tenanglah," sahut pria lain dengan suara cemas, "Ketahuilah, kami tidak mengurungnya. Kami hanya berusaha untuk melindunginya. Dia berbeda, tuan. Dia tidak sama seperti kebanyakan anak lainnya. Untuk itulah, kami harus melakukan semua ini."

Terdengar helaan nafas kasar dari pria satunya, "Apapun alasannya, ini sudah sangat keterlaluan. Kalian mengurungnya selama bertahun-tahun. Tanpa sinar matahari, tanpa adanya sentuhan dari dunia luar. Ini tidak bisa di biarkan. Tolong buka pintunya dan biarkan aku masuk, aku ingin berbicara sejenak dengannya."

"Tidak, tuan. Aku tak bisa membiarkanmu melakukannya. Ia tak di perbolehkan untuk menemui siapapun juga. Anak itu, mentalnya tidak stabil. Ia seperti berada di dalam dunia yang berbeda. Aku tidak yakin ia akan mendengarkanmu."

"Kita tidak akan pernah tahu jikalau kita tidak mencoba." balas pria lain bersikukuh, masih tetap keras kepala, "Percayalah padaku. Cukup bantu aku dengan membukakan pintu ini."

Ada jeda yang cukup panjang sebelum telinganya dapat mendengar suara derit pintu kamarnya. Pintu kayu tersebut terbuka perlahan-lahan, membiarkan secerca cahaya luar merembes masuk dan menyinari ruangan itu sekilas.

Ia menyipitkan matanya, sebelah tangannya ia gunakan untuk menghalangi sinar terang yang masuk. Sedetik kemudian, matanya berkedip-kedip lucu, masih tak terbiasa dengan sorot terang asing yang berasal dari luar sana.

Ia menurunkan tangannya ketika pintu itu tertutup kembali, hendak meneliti manusia mana lagi yang ingin melihat wajahnya.

Ia mulai berpikir, apakah dirinya ini sejenis hewan langka yang memang sengaja di pamerkan? Ataukah sejenis spesies hampir punah yang di tangkap lalu di masukkan ke dalam suatu tempat penangkaran?

Sesungguhnya, apa dia ini? Apa arti hidupnya ini?

Lamunannya buyar seketika tatkala ia menemukan sepasang kaki panjang yang kini sudah berdiri tepat di hadapannya. Ia bahkan tak menyadari jika manusia itu sudah sedekat ini dengannya. Tiba-tiba, pria itu berjongkok, hendak menyamakan tinggi mereka berdua.

Ia yang semula tak fokus, kini mulai mendongakkan kepalanya ke atas, meneliti rupa sang pria asing yang telah memasuki kamarnya.

"Selamat siang, Seokjinnie. Apa kabarmu hari ini?"

.
.

Look at me with love, or lust, or disgust, or hate. I don't really fucking care.
But please, just look at me.

.
.

Seokjin tak mampu mengendalikan detak jantungnya yang kian tak karuan. Sekujur tubuhnya memanas. Aliran darahnya berdesir semakin cepat. Bulu kuduknya meremang. Ia menggigit bibir bawahnya sendiri tatkala merasakan sesuatu yang pedih dan ngilu tengah menjamah bagian belakang punggungnya.

TABOO - NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang