-24-

2.2K 318 111
                                    

.
.

London Bridge is falling down,
falling down, falling down.
London Bridge is falling down,
my dear darling.

.
.

Seokjin terpaku. Bibirnya terkatup rapat, pikirannya mengabur. Ia tak mampu berpikir jernih. Tubuhnya bergetar di dalam pelukan Namjoon.

Seokjin seakan kehilangan akal. Namjoon kembali melontarkan pernyataan cintanya secara gamblang, seolah menulikan pendengarannya terhadap penuturan pemuda itu barusan.

"Father, mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Mengapa kau diam saja?" bisik pria vampire itu di telinganya dengan suara lirih yang begitu sensual, menciptakan gemuruh halus yang menerjang sekujur tubuhnya.

Seokjin kembali terdiam, tak ingin mengubris pertanyaan penuh tuntutan itu. Namun seakan tak habis akal, Namjoon kembali menggeratkan pelukan tangannya pada pinggang sempit Seokjin, seolah tak ingin melepaskannya begitu saja.

Nafas Seokjin tercekat kala mendapati lengan kekar sang vampire tengah memeluknya posesif, membuat kepalanya semakin berkunang-kunang. Aroma maskulin yang menguar dari tubuh Namjoon menusuk hidungnya, menimbulkan rasa sesak menyenangkan pada rongga dadanya.

Ia tak tahu harus merespon seperti apa ketika menerima perlakuan lembut semacam ini. Seokjin membenci tubuhnya yang dengan senang hati merespon setiap pergerakkan sensual yang di lakukan Namjoon terhadap dirinya. Ia menyumpahi isi pikirannya yang terus berteriak kesetanan dalam rasa sukacita, seakan sedang berpesta di tengah pergumulan batinnya saat ini.

"Apa kau takut, Father? Kau takut.. padaku?" timpal Namjoon lagi, yang kali ini membuahkan gelengan pelan dari sosok yang sedang berada dalam rengkuhannya itu.

"Kau tidak mengerti, Namjoon," lirih Seokjin pilu, ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria itu sembari terus memejamkan mata, "Kau tidak seharusnya seperti ini. Ku mohon, hentikan."

Namjoon menggertakkan giginya pelan. Kepalanya terasa berat, bagai di hantam bebatuan besar. Otaknya lumpuh seketika, tak mampu berpikir kala mendengar kalimat penolakan kembali mengalun dari bibir pemuda itu.

"Aku memang tidak mengerti, Father. Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudmu. Maka dari itu, tolong beri tahu aku. Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" balas vampire itu lagi, kali ini sembari mengusap pelan punggung Seokjin yang lebar.

Untuk kesekian kalinya, ia menggeleng; masih tetap betah menutup mulutnya, enggan memberitahukan Namjoon mengenai masalah kehidupannya yang sangat rumit.

Hujan di luar sana turun begitu derasnya. Sesuai perkiraan, badai dahsyat memang tiba di tempat itu. Angin kencang mulai masuk, menjelajahi bibir gua dan meniup api unggun disana tanpa ampun. Kilau cahaya apinya menari-nari, seolah siap untuk padam kapan saja.

Namjoon menghembuskan nafas panjang. Seokjin sedang rapuh saat ini. Dan ia sadar, memaksakan kehendaknya kepada pemuda itu bukanlah suatu keputusan yang bijak. Ia akan memberikan Seokjin sedikit waktu untuk memikirkan semuanya. Ia harus membuat pemuda itu merasa nyaman ketika bersamanya.

Dan di lihat dari tindak tanduknya sekarang, Seokjin sedang berbeban berat dan sangat terguncang. Namjoon berpikir keras, entah apa yang telah membuat Seokjin menjadi seperti ini, namun hal itu tetap saja mengganggu pikirannya.

TABOO - NamJinWhere stories live. Discover now