-20-

2.2K 341 73
                                    


.
.

I am sin. I am the force of lust, the force of pleasure.

.
.

Uap panas yang mengepul dari secangkir teh Darjeeling pada tangannya menerpa indera penciumannya. Aroma teh hitam tersebut menguar, menyebar begitu kuat, terasa manis seperti anggur segar.

Seokjin menyesap teh yang telah di hidangkan Yoongi itu perlahan. Sebelumnya, pikirannya sangat kacau. Ia membutuhkan ketenangan, namun sepertinya secangkir teh ini mampu memberikan hal itu walau memang hanya sedikit.

"Apakah kau menyukai rasa teh itu? Harap maklum jika kau kurang menyukainya, karena aku sendiri tidak tahu bagaimana rasanya. Tapi aku suka aroma daun teh itu. Ya, walaupun aku memang tidak bisa menikmatinya." gumam Yoongi yang sedang duduk di seberang Seokjin.

Pria itu menenteng sebuah gelas tinggi yang berisi cairan merah kental. Seokjin yakin, itu adalah darah manusia. Ia meletakkan cangkir tehnya kembali ke atas meja sebelum membalas penuturan pria itu, "Aku menyukainya. Terima kasih banyak atas perhatianmu." balasnya seadanya.

Yoongi membuatkannya beberapa lembar roti panggang dengan selai kacang dan buah-buahan segar. Perutnya kenyang sekarang dan mulai terasa hangat terkena siraman teh Darjeeling tadi.

Yoongi melirik sang pastur dari balik gelas tingginya. "Maaf, apa kau merasa tidak nyaman dengan apa yang sedang aku minum saat ini?" tanya pria itu lagi.

Seokjin menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku baik-baik saja. Silahkan nikmati sarapanmu, Yoongi." balas pemuda itu cepat.

Alis Yoongi naik sebelah, "Kau yakin? Kau tidak merasa jijik melihatku menyesap darah tepat di depan matamu?" tuntut pria itu lagi.

Seokjin kembali menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku tidak merasa seperti itu. Kau sudah salah paham."

Yoongi meletakkan gelas berisi darahnya kembali ke atas meja. Ia melipat kedua tangannya sembari terus menatap lawan bicaranya itu, "Terima kasih atas pemaklumanmu, Father. Kau tidak merasa tegang sama sekali saat berhadapan dengan makhluk sejenis kami. Apa kau sudah terbiasa?"

Seokjin menghembuskan nafasnya lelah, "Tidak juga. Aku hanya berpikir jika setiap makhluk mempunyai caranya masing-masing untuk tetap bertahan hidup. Dan aku percaya setiap kita memiliki kesempatan yang sama untuk tetap meneruskan kehidupan ini." balas pastur muda itu tenang.

Yoongi terus menatapnya lekat, "Atas dasar itukah kau membiarkan Namjoon menyesap darahmu? Karena ideologi itu?" tuntutnya secara terang-terangan. Yoongi memang bukanlah tipe lelaki yang suka berbasa-basi.

Seokjin segera menyembunyikan rasa terkejutnya ketika mendengar pertanyaan pria itu. "Aku sudah melihat puluhan vampire sepanjang hidupku. Mereka mengincarku dan menginginkanku untuk menjadi santapan hidup mereka. Tapi, aku belum pernah menemukan vampire yang seperti Namjoon."

Alis Yoongi naik sebelah, bibirnya terasa begitu gatal, ingin menginterogasi sang pastur muda lebih jauh. "Apa yang membedakan mereka dengan si babi pemalas itu, Father?"

Seokjin kembali balas menatap Yoongi, "Gairahnya untuk tetap bertahan hidup. Dia tidak memiliki itu. Kalian tinggal bersama, aku yakin kau yang lebih mengetahui semuanya itu." jawab Seokjin cepat, menuai anggukkan pelan dari Yoongi.

Yoongi menyingkirkan gelas tinggi berisi darahnya ke samping, lalu melipat lengannya di atas meja, "Dia memang berbeda, aku paham apa maksudmu. Sebagai seorang vampire, Namjoon memang lebih perasa dan terkadang bahkan berkelakuan tak lazim jika di bandingkan dengan kaum penghisap darah yang seharusnya."

TABOO - NamJinHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin