1. Undangan

12.2K 579 113
                                    

Menikah, kata yang terus terngiang-ngiang di benak seorang Arega Ferdiano setelah ia melamar Rara tiga hari yang lalu bersama keluarganya. Kalau dibilang siap, sebenarnya juga belum siap 100%. Kalau Rega tidak segera melamar Rara, tentu dia tidak ingin menyesal seumur hidup karena kehilang wanita yang sangat dicintainya. Selama ini Rega terus berjuang mempertahankan Rara agar tetap di sampingnya di tengah kesibukannya sebagai seorang dokter. Meski sering kali Rara protes karena Rega lebih mengutamakan pasien daripada dia.

Rega duduk di salah satu meja kedai kopi milik Arka. Di depannya ada Rendy yang sibuk dengan layar laptopnya. Arka dan Rendy adalah teman satu kontrakan Rega saat masih kuliah S1 dulu. Arka si pemilik kedai kopi merupakan Sarjana Ekonomi, sedangkan Rendy lulusan desain komunikasi visual yang sekarang kerja di perusahaan periklanan. Rega selalu memanfaatkan kedai kopi Arka untuk sekadar nongkrong melepas penat akibat segudang kesibukan sekolah spesialisnya. Apalagi Arka sering memberinya kopi gratis. Sama halnya dengan Rega, Rendy juga sering nongkrong di kedai kopi ini. Saat ini Rega manfaatkan Rendy untuk mendesain undangan pernikahannya dengan Rara. Rega tahu betul kemampuan Rendy dalam hal mendesain sangat mumpuni.

"Coba lihat, Re." Rendy mengarahkan laptopnya menghadap ke Rega.

Rega mengamati detail hasil karya Rendy. Hasilnya sangat sesuai dengan yang diinginkan Rega dan Rara. Simple tapi elegan.

"Bagus kok, Ren. Cuma gambar bunga yang bagian pojok ini, tolong lo ganti warnanya jadi pink agak pastel gitu. Biar lebih kalem. Itu warna kesukaan Rara."

"Oke," balas Rendy singkat. Pria itu kembali meneruskan pekerjaannya.

"Gue buatin americano nih buat kalian." Arka datang dengan membawa dua gelas americano. Lantas menarik kursi dan duduk di sebelah Rendy. Arka ikut melirik hasil desain Rendy. Dia manggut-manggut setelah melihat desain undangan bernuansa pastel itu. "Bagus," lanjutnya.

"Kalau yang bikin gue emang nggak pernah jelek," sahut Rendy membanggakan diri.

"Sombong, lo."

Rega menyuruput kopinya. Sensasi pahit langsung terasa begitu satu teguk americano melewati kerongkongannya. Sejenak pikirannya melayang entah ke mana.

 Sejenak pikirannya melayang entah ke mana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ngelamun, Re?" tanya Arka tiba-tiba.

"Enggak. Siapa juga yang ngelamun."

"Abisnya lo diem aja. Biasanya kalau orang mau nikah itu banyak senyumnya. Nah, lo dari tadi gue perhatikan malah banyak ngelamunnya. Kayak bingung gitu."

Bingung. Ya, Rega memang masih bingung dengan jalan pikirannya sendiri. Tiba-tiba saja dia mau menuruti permintaan Rara untuk menikahinya disaat dia belum mapan. Dan gilanya tiga hari yang lalu Rega baru saja melamar Rara. Sulit dipercaya. Rega tak menyangka dia akan menikah secepat ini. Menikah di usia 26 tahun. Usia yang masih tergolong muda untuk seorang pria, meski usia itu sudah tergolong ideal untuk seorang perempuan seperti Rara.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Where stories live. Discover now