30. Erlebnisse

6.6K 337 60
                                    

Rega duduk sembari menyesap americano yang didapatkannya secara gratis dari kedai kopi Arka. Malam sepulang dari bertugas Rega memang menyempatkan main ke kedai kopi Arka. Seperti biasa di meja tempatnya nongkrong ada Rendy yang sibuk dengan laptopnya. Sementara Arka sibuk memarahi barista baru yang kerjanya kurang becus. Rega sempat terheran melihat Arka yang memarahi barista baru segitu galaknya, sangat kontras dengan penampilan sok alimnya.

"Galak banget sih lu marahin anak buah," sindir Rega ketika Arka ikut bergabung di meja itu usai mengurus baristanya.

"Lo paling kalau lagi marahin anak koas lebih galak," sindir Arka balik.

Rega melirik layar laptop Rendy sekilas. Kegiatan pria itu hari ini sedikit berbeda. Kali ini Rendy menggarap sebuah film dokumenter sesuai permintaan Rega. Rendy memang dimanfaatkan Rega untuk membantunya membuat film pendek tentang masa-masa pacarannya dulu dengan Rara sampai menikah. File-file berupa berupa video Rega dan Rara semasa pacaran sampai foto-foto mereka diedit dengan apik oleh Rendy menjadi sebuah film dokumenter. Katanya film itu untuk hadiah ulang tahun Rara ke 27 tahun. Rega ingin memberikan sesuatu yang beda untuk Rara karena baginya memberikan kejutan berupa kue dan lilin sudah sangat monoton. Tak hanya itu, Rega sudah menyiapkan kotak berisi kalung emas putih berbandulkan hati.

Rega cukup senang bisa berkumpul dengan kedua sahabat gilanya ini. Ya, selama prahara dengan Rara, Rega tidak pernah sekali pun menginjakkan kaki di kedai kopi ini. Dia terlalu sibuk memikirkan urusannya sendiri hingga lupa bahwa dia punya teman-teman yang bisa membuatnya merasa santai sejenak dari masalah dan rutinitasnya yang memusingkan.

"Lo kenapa senyam-senyum sendiri?" tanya Rendy.

"Kangen kalian."

"Preeetttt."

"Beneran."

"Berasa udah satu abad ya, lo nggak main ke sini. Sekali ke sini minta kopi gratis," cibir Arka. Rega malah tergelak mendengarnya.

Rega menepuk bahu Arka. "Kapan-kapan lo boleh makan kue sepuasnya di kafe gue."

"Sayangnya gue nggak suka makanan manis."

"Ya udah lo duduk aja. Makan angin di kafenya Rega. Biar gue aja yang makan gratis, kan gue yang bikinin film dia sama bininya." ledek Rendy.

"Asem lo, Ren."

"Muka lo kayaknya bahagia banget. Kenapa, sih? Bini lo udah isi lagi?" tanya Arka penasaran. Arka dan Rendy memang sempat menjenguk Rara di apartemen saat Rara dalam masa pemulihan pasca keguguran.

Rega menggeleng. "Enggak. Dia belum isi lagi."

"Makanya diisi lagi dong," celetuk Rendy.

"Lo pikir tiap malam gue ngapain kalau nggak ngisi? Gue bahkan semakin rajin ngelonin bini."

"Anjir. Nggak usah dijelasin juga kali."

"Lo sih yang mulai!"

"Eh, udah. Apaan sih kalian? Debat mulu."

Rendy menyikut pinggang Rega. "Entar kalau bini lo udah isi, boleh tuh anak lo dikasih nama Hastuti.

"Katrok banget namanya," protes Arka.

"Katrok apanya sih. Hastuti itu singkatan dari hasil tumpang tindih."

Arka spontan meledakkan tawanya. Rendy benar-benar semakin gila. "Udah, Ren. Jangan bikin perut gue mules gara-gara kebanyakan ketawa. Mending bahas lain aja." Arka lantas menyerahkan sebuah charger pada Rega. "Bawa aja. Siapa tahu nanti HP lo lowbat. Entar bingung lagi mau menghubungi bini lo."

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang