9. Rega dan Papi

4K 283 42
                                    

Rara masih menggumam tak jelas ketika turun dari mobil Rega tadi. Padahal waktu makan siang kemarin Rega sudah berjanji akan membelikan Rara sepatu high heels yang baru. Perempuan itu kini berjalan menuju kelas tempatnya mengajar di laboratorium biomolekuler. Sebisa mungkin dia menebar senyum pada mahasiswanya yang menyapanya saat menaiki tangga lantai 3. Tidak mungkin dia akan membawa masalah rumah tangga saat mengajar. Rara hanya mencoba bersikap profesional dengan pekerjaannya.

Hari ini Rara mengajar mata kuliah TABM (Teknik Analisis Biologi Molekuler). Saat masuk kelas ternyata mahasiswanya sudah melaksanakan praktikum elektroforesis dibantu para asisten praktikum. Rara meletakkan tasnya di meja, lalu berkeliling untuk melihat dan mengawasi kegiatan mahasiswanya. Kalau sudah seperti ini, percayalah bahwa perempuan itu akan totalitas menjalankan tugasnya sebagai dosen dan ilmuan. Mungkin juga laboratorium sudah menjadi rumah nomor satu Rara, sedangkan apartemen Rega hanya tempat untuk menumpang tidur saja.

 Mungkin juga laboratorium sudah menjadi rumah nomor satu Rara, sedangkan apartemen Rega hanya tempat untuk menumpang tidur saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber: Pinterest)

Rara melihat detail setiap kelompok mahasiswa dalam melakukan teknik elektroforesis protein pada gelatin sapi. Hari ini praktikum masih dimulai dengan ekstraksi. Sampel yang akan diekstrak, terlebih dulu di-sentrifuge dengan kecepatan 6000 rpm selama 30 menit. Kata asistennya ini sudah berlangsung 10 menit. Jadi, masih ada 20 menit untuk proses ekstraksi ini.

"Jangan lupa awasi mereka selama praktikum ini. Apalagi saat hidrolisis enzimatik sama elektroforesis SDS-PAGE. Selalu ingatkan mereka kalau elektroforesis ini dijalankan pada tegangan 200 V, 15 mA/gel selama 60 menit," titahnya pada para asistennya.

"Baik, Bu," sahut para asistennya."

Saat sibuk dengan mahasiswanya, tiba-tiba Mami Laras meneleponnya. Mau tidak mau Rara pun harus mengangkat telepon itu. Dia tak ingin kena semprot Mami lagi. Ya, dulu Rara pernah dimarahi Mami habis-habisan karena tak mempedulikan telepon dari Mami. Padahal saat itu Mami mau memberi kabar bahwa adiknya Rara tengah sekarat dan nyawanya diujung tanduk setelah berjuang melawan penyakitnya. Saat itu Rara malah sibuk dengan urusan lab tanpa berniat mengangkat telepon dari Mami. Dan kejadian itu pada akhirnya seperti menamparnya. Rara menyesal tidak mengangkat telepon dari Mami saat itu. Rara menyesal telah mengabaikan telepon Mami karena sepulang dari kampus, dia mendapati adiknya sudah tiada.

Rara keluar dari laboratorium. Dia menuju ujung atas tangga yang kini sepi. Segera mungkin dia mengangkat telepon dari Mami.

"Hallo, Mi."

"Hallo, sayang. Kamu sama Rega nanti malam sibuk nggak?"

"Ya sibuk sih, Mi. Aku pulang sekitar jam 9 malam mungkin. Emang kenapa?"

"Mami sama Papi kepengin kalian makan bareng di rumah. Bisa nggak kamu pulang lebih awal?"

"Tapi, Mi.... "

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang