6. Terpesona

5.4K 354 40
                                    

Hari ini Rega ikut mengobservasi kemoterapi pasien kanker getah bening bersama dokter Rafif—dokter spesialis penyakit dalam. Rega banyak belajar dari dokter senior yang sudah banyak pengalaman itu. Pasien yang sedang ditangani saat ini adalah seorang mahasiswa laki-laki berusia 22 tahun. Namanya Tristan, Rega sering mengunjungi anak itu jika ada waktu luang. Sosok Tristan mengingatkannya pada Arkana—adik laki-lakinya Rara yang meninggal sekitar 5 tahun yang lalu disebabkan kanker getah bening juga. Rega sering mengunjungi anak itu untuk menemaninya atau sekadar mengganti bunga di vas yang ada di meja kamar inapnya. Rega memang sering mampir ke toko bunga dekat rumah sakit hanya untuk membelikan bunga untuk anak itu. Kata Tristan, kamarnya lebih hidup jika ada bunga. Untuk ukuran cowok, hal ini memang terkesan lebay, tapi anehnya Rega selalu menuruti keinginan anak itu.

Usai kemoterapi, Dokter Rafif keluar. Tersisalah Rega yang masih menemani anak itu. Rega bahkan ikut mengantar Tristan kembali ke kamar inapnya. Pria berjas putih itu menyelimuti Tristan sebatas dada ketika sudah berbaring lagi di ranjangnya. Siluet pucat dan bibir kering anak itu benar-benar mengingatkannya pada adik iparnya yang sudah meninggal. Seandainya Arkana masih hidup, dia seumuran dengan Tristan.

"Dok, nggak ada kesibukan? Kok malah nemenin saya di sini?" tanya Tristan.

"Ada sih, tapi masih mau nemenin kamu bentar. Tadi bunga kamu udah saya ganti dengan bunga mawar yang baru."

Tristan melirik vas bunga mawar putih di sebuah meja kecil di kamar inapnya. Dia sampai heran melihat Rega yang rajin mengganti bunga di vasnya.

 Dia sampai heran melihat Rega yang rajin mengganti bunga di vasnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

(Sumber: Pinterest)

"Dokter Rega baik banget sih sama saya. Sampai menyempatkan waktu buat ganti bunga di vas saya."

"Kamu kan suka bunga."

"Dokter sok tahu."

Rega menyernyitkan dahi. "Kamu emang suka, kan? Bunda kamu bilang ke saya kalau kamu suka bunga."

"Iya, Dok. Saya emang suka, kok. Tapi sukanya karena terpaksa."

"Lho? Kok gitu, Tris?"

"Saya suka bunga karena saya kangen sama kuliah, Dok. Saya kan mendalami bidang botani, dan udah satu semester cuti kuliah. Makanya saya suka ada tanaman di kamar saya karena kangen kuliah."

"Harusnya kamu lulus tahun ini, ya?"

"Iya, Dok. Kalau nggak cuti, saya sudah semester 8 sekarang, tapi kayaknya saya nggak bakal bisa lulus. Bentar lagi paling saya juga nggak tertolong."

"Husss! Kamu jangan bilang gitu. Umur itu nggak ada yang tahu. Cuma Tuhan yang tahu."

"Bukannya dokter yang bilang kalau penderita kanker getah bening kemungkinan sembuhnya sangat kecil?"

"Iya, Tris. Emang prognosisnya enggak bagus, tapi kamu nggak boleh patah semangat gini, dong. Kamu masih punya keluarga yang sayang sama kamu. Kamu masih punya saya. Jadi jangan menyerah dulu. Kamu harus tetap berjuang."

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Donde viven las historias. Descúbrelo ahora