10. Ingkar Janji

4.5K 272 38
                                    

Rara memasukkan tangkai-tangkai bunga mawar merah pemberian Rega ke dalam botol kaca bening yang dijadikan vas. Diletakkannya bunga itu di meja kamarnya. Kemarin malam usai pulang dari rumah orang tuanya, Rara tidak sempat mengurus bunga pemberian Rega karena keburu mengantuk. Jadinya pagi ini Rara segera mencari botol kaca bekas dan air untuk mempertahankan kesegaran bunga itu. Sedari tadi Rara senyam-senyum sendiri menatap bunga itu. Rega itu gampang sekali membuatnya emosi, tapi Rega juga pintar sekali meluluhkan hatinya. Rara kadang bingung pada dirinya sendiri. Dia ingin tegas di hadapan Rega, tapi Rega selalu bisa melunakkannya.

 Dia ingin tegas di hadapan Rega, tapi Rega selalu bisa melunakkannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Sumber : Pinterest]


Rara menyibak tirai jendela kamarnya. Pagi ini udara begitu segar, langit juga cerah tanpa awan hitam yang bergelayutan. Rara menghirup udara segar sebanyak mungkin. Akhir-akhir ini Rara agak stres dengan penelitiannya, sehingga menghirup udara segar di pagi hari seperti ini bisa membuat kepalanya lebih jernih untuk berpikir. Perempuan yang masih memakai piyama garis-garis ungu itu sampai tidak sadar bahwa suaminya sudah berdiri di belakangnya. Sampai dia merasakan tangan Rega melingkari perutnya dan kepala Rega bersandar pada pundaknya seraya mencium tengkuknya dengan lembut.

"Kamu ngagetin aja. Lepasin aku."

"Enggak mau. Mau peluk kamu dulu sebelum berangkat ke rumah sakit."

"Geli tahu!"

"Makanya diem. Jangan banyak gerak."

"Ya tapi ... aku tuh belum mandi, Re. Cuma cuci muka sebelum sholat subuh bareng kamu tadi."

"Nggak masalah. Aku cuma pengin meluk kamu sama nyium aroma apel di rambut kamu. Kamu tuh biar belum mandi tapi tetap wangi. Aroma apel rambut kamu tuh bikin nagih. Rasanya pengin ndusel-ndusel kamu terus." Rega membelai rambut Rara pelan.

"Kamu, tuh ...," Rara melepaskan pelukan Rega. Kini dia membalikkan tubuhnya menjadi menghadap Rega. Wajah tampan dengan dandanan rapi suaminya seketika membuat Rara terpesona.

"Aku kenapa?" tanya Rega.

"Nyebelin. Hobinya meluk orang sembarangan."

"Sembarangan gimana? Orang kamu itu istri sah aku secara hukum dan agama. Nggak salah kan kalau aku hobi meluk kamu, sama nyium rambut kamu."

"Tahu, ah." Rara mendengus gusar. "Aku udah masakin sarapan buat kamu. Ada tumis brokoli sama telur dadar di meja makan," lanjutnya. Tadi Rara memang menyempatkan diri memasak usai sholat subuh berjamaah dengan Rega.

Rara meninggalkan Rega yang masih berdiri di dekat jendela. Dia keluar dari kamar, tapi lagi-lagi Rega memeluknya, menghentikan pergerakannya menuju meja makan.

"Apa lagi, Re?"

"Kamu suka bunganya, kan?"

Rara mendadak membeku. Jujur saja dia suka bunga pemberian Rega itu. Sangat suka. "Iya. Aku suka."

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Where stories live. Discover now