22. Bertentangan

4.3K 298 38
                                    

"Ra?

"Hmm, apa?

"Kamu nggak kepengin periksa?"

"Kan udah kamu periksa. Katanya aku kecapekan. Emangnya aku sakit apa lagi?"

"Hmmm. Maksud aku periksa...," Rega menjeda kalimatnya. "Periksa ke poli kandungan."

"What?"

Tiba-tiba tawa Rega meledak. "Cuma bercanda. Kamu nanggepinnya serius banget, sih. Lagian kita tidur bareng baru kemarin juga."

Rara mencebik kesal. Rasanya dia ingin melempar keset kamarnya ke muka Rega. "Belum tentu juga jadi anak," sangkal Rara.

Lagi-lagi Rega tergelak. "Takut banget, tapi mungkin juga bisa jadi anak. Siapa tahu kamu lagi masa subur, sayang."

"Rega!" Rara semakin kesal dengan omongan Rega yang tak bisa dikendalikan.

"Kenapa, sih? Nggak usah malu. Kan kita udah nikah."

"Nggak seharusnya ngomongin itu," bentak Rara kesal.

Rega langsung membungkam mulut Rara dengan tangannya. "Jangan kenceng kalau teriak. Ada Elang sama Gladys."

Rara melepas paksa tangan Rega yang membungkam mulutnya. "Biarin. Biar mereka tahu kalau abangnya nyebelin."

"Marah lagi," gumam Rega.

"Kamu yang bikin aku marah. Kamu yang bikin aku kecewa. Bisa-bisanya masih ketemuan sama cewek gatel itu."

"Astaga, Ra. Kamu masih nggak percaya sama aku?"

"Gimana caranya aku percaya sama kamu? Sementara kamu terus-terusan ketemu sama Feby."

"Aku ketemu sama dia karena aku ingin meluruskan semua kesalahpahaman ini, Ra. Kamu kan salah paham terus sama aku. Nuduh aku sembarangan."

Rara memundurkan posisinya dari Rega, lalu menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. "Setiap kali aku percaya sama kamu, kenyataannya kamu ingkar lagi. Kamu ketemuan sama Feby lagi."

"Aku bisa ngasih bukti buat menyakinkan kamu, Ra."

Rega mendekatkan dirinya ke Rara. Diraihnya tengkuk Rara dengan cepat. Lalu bibirnya mengecup pelan bibir Rara. Pelan, tapi dalam. Rega pun membuka sedikit bibirnya, menghirup udara dari sela-sela bibir Rara dan memberi kesempatan pada Rara untuk membalasnya. Dia sengaja membuat permainan itu lebih lama. Saat itu juga Rara ingin melepaskan diri, tapi tarikan tangan Rega di tengkuknya terlalu kuat. Mendadak Rara seperti terhipnotis.

"Gue bawa pulang ya buku...." Elang bergidik ngeri melihat pemandangan di depan matanya. Buku tebal yang dibawanya nyaris jatuh saking kagetnya dengan pemandangan di depannya. Namun, Rega tak mempedulikan Elang. Dia tetap melanjutkan kegiatan gilanya itu. Rara pun tak kuasa untuk memberontak. Rega seperti medan magnet yang membuatnya tertarik kuat.

"Bang Elang, kenapa? Kok kayak orang kesambet gitu," tanya Gladys penasaran. Gadis itu kini melangkah setelah melihat tingkah Elang yang seperti orang pikun.

"Dys! Jangan ke sini! Bahaya."

"Ada apa sih, Bang?"

Elang pun menutup kembali pintu kamar kakak iparnya itu. Seharusnya sekarang dia bisa memperkirakan jika akan ada adegan dewasa seperti itu di apartemen kakaknya. Kakaknya sudah menikah. Seharusnya dia tidak sembarangan membuka pintu.

"Pulang yuk, Dys. Nanti lo ikutan kesambet."

"Kesambet apaan sih, Bang."

"Kesambet setan," tegas Elang sembari menjitak kepala Gladys.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Where stories live. Discover now