16. Yang Sebenarnya (Versi Rega)

3.9K 297 43
                                    

Rega berjalan menuju pintu keluar rumah sakit. Siang ini dia akan menghadiri rapat persiapan reuni teman SMA satu angkatannya di kafe barunya. Baru saja akan menuju parkiran, suara seorang perempuan menyambutnya.

"Rega!" sapa Feby yang sudah berdiri di halaman depan rumah sakit. Rega sontak menoleh.

"Hai," sapanya balik. "Kamu panitia reuni juga, kan?"

"Iya. Kemarin aku dapat kabar dari Ghani kalau aku dijadikan panitia juga," sahutnya. Ghani adalah mantan ketua OSIS yang sekarang menjadi ketua pelaksana acara reuni angkatan. Ghani melibatkan mantan anggota pengurus OSIS-nya untuk menjadi panitia reuni, termasuk Rega dan Feby.

"Mau bareng saya? Kebetulan tempatnya di kafe saya," tawar Rega. Perempuan itu pun langsung tersenyum cerah mendengar kalimat ajakan dari Rega.

"Boleh."

Keduanya kini berada di dalam mobil. Sepanjang perjalanan Rega memilih diam dan fokus pada jalanan. Feby yang duduk di kursi penumpang depan pun akhirnya berani membuka suara.

"Rega?"

"Iya."

"Aku boleh bicara sesuatu sama kamu?"

"Mau bicara apa?"

"Penting, Re."

"Oke, saya akan dengar."

Feby terkikik. Dari mulai pertemuannya di florist sampai sekarang Rega masih menggunakan bahasa formal setiap berbicara dengannya.

"Kamu tuh penganut PUEBI dan KBBI, ya. Formal banget," canda Feby sebelum memulai topik bahasan yang lebih penting.

"Maaf. Sudah kebiasaan. Kalau ngomong sama orang-orang di rumah sakit sering pakai bahasa formal. Akhirnya jadi kebiasaan."

"Hmm, it's okay."

Ya, itu memang sudah kebiasaan Rega. Dia akan secara otomatis menggunakan bahasa formal di lingkungan kerja dan orang-orang yang baru dikenal atau jarang bertemu dengannya. Beda lagi kalau berbicara dengan Arka, Rendy, Elang dan Gladys yang selalu memakai kata ganti 'lo-gue'. Sangat tidak formal tentunya.

"Tapi kita bisa pakai 'aku-kamu' kan biar kesannya lebih nyantai?"

Rega terdiam sejenak. Kata ganti orang 'aku-kamu' hanya digunakan untuk istrinya.

Tidak ada yang lain. "Lebih nyaman pakai formal aja. Saya udah kebiasaan," kilah Rega.

"Hmm ... baiklah." Mimik wajah Feby tampak sedikit kecewa. "Aku mau jujur sama kamu."

"Apa?" tanya Rega tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan.

"Sebenarnya aku masih suka sama kamu. Dari dulu sampai sekarang perasaan aku masih sama. Nggak berubah sama sekali."

Rega kaget mendengar pernyataan Feby yang mendadak. Rega nyaris menabrak orang yang menyebrang jalan jika saja tidak segera menginjak rem. Orang itu pun menghadiahi Rega dengan umpatan kasar. Rega dapat mendengar jelas orang itu menyebutnya 'anjing' saat nyaris tertabrak.

"Eh, maaf kalau bikin kamu kaget. Kamu gimana?"

Rega kembali menancap gas mobilnya tanpa merespon kata-kata Feby, tapi Feby terus menatapnya. Seolah menuntut jawaban dari Rega.

"Rega?"

"Ya." Rega telah kembali ke alam sadarnya.

"Gimana?"

"Hmm, maaf. Saya udah nggak ada perasaan sama kamu. Bagi saya masa lalu hanyalah masa lalu."

"Kenapa? Karena kamu masih pacaran sama Rara?"

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Where stories live. Discover now