18. Bimbang

5.2K 283 57
                                    

Rara membuka perlahan kelopak matanya saat sinar matahari menembus jendela kamarnya yang sedikit terbuka. Rara mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang menyilaukan matanya. Tangannya meraih ponsel di atas meja. Sontak dia kaget melihat angka jam di ponsel yang sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Sialnya Rara ada jam mengajar kelas biokimia jam 7 pagi.

Saat nyawanya sudah benar-benar terkumpul, Rara baru sadar bahwa dia terbangun tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Rara langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Rara mengusap wajahnya kasar. Ternyata semalam itu bukanlah mimpi. Semalam dia benar-benar melakukannya bersama Rega. Rara seperti terhipnotis oleh pesona Rega tadi malam sampai tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan.

Rara keluar menuju dapur dengan kemeja sifon dan rok hitam selutut seperti outfit dia sehari-hari saat ke kampus. Wajahnya juga sudah dirias sedemikan rupa. Hanya saja, kepalanya masih terbungkus handuk. Di meja ada Rega yang duduk di kursi sambil makan setangkup roti. Di sampingnya ada dua susu cokelat dan sepiring roti isi selai kacang. Rega sendiri sudah berdandan rapi dengan kemeja garis-garis biru, celana kain hitam dan rambut yang disisir klimis. Rara langsung duduk di kursi kosong berhadap-hadapan dengan suaminya.

Rega terkekeh saat melihat istrinya tiba di meja makan. Rega hampir saja menyemburkan susu cokelatnya saat melihat kedatangan Rara dengan handuk di kepalanya, tapi justru itulah yang akan menjadi bahan godaannya untuk istrinya pagi ini.

"Aku buatin sarapan seadanya. Roti isi selai kacang sama susu cokelat rendah lemak. Nggak tega bangunin kamu buat bikin sarapan. Kamu pasti capek, kan semalam abis ngeluarin banyak tenaga," ujar Rega usil. Lagi-lagi dia terkekeh.

 Lagi-lagi dia terkekeh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sumber: Pinterest)

"Iya. Makasih udah dibuatin sarapan."

"Mau berangkat sekarang? Lima menit lagi kamu masuk, lho."

"Kamu anterin pun, aku tetap bakal telat ke kampus. Perjalanan ke kampus kan lima belas menit. Belum kena macetnya. Lagian rambut aku belum kering. Hair dryer aku rusak."

Rega tergelak. Lantas menghabiskan sisa susu cokelatnya. "Mau aku keringkan?"

Rara mengernyit bingung. "Emang gimana kamu ngerinkannya"

"Gampang. Tinggal aku tiup-tiup rambut kamu yang wanginya apel itu. Siapa tahu kepala aku nyangkut di leher kamu. Lumayan buat gelendotan."

"Enggak," jawab Rara tegas. Membuat tawa Rega semakin menjadi.

"Maaf, ya. Bikin kamu telat bangun. Bikin kamu capek semalam."

Rara mendelik kesal. Dia mencebik, lantas mengambil setangkup roti di piring. Rara masih enggan menanggapi kalimat Rega. Apalagi sekarang mulutnya masih sibuk mengunyah roti.

"Kok kamu diem aja? Nggak capek emang? Kalau nggak capek, nanti malam lagi yuk."

Rara melempar tissue bekas yang barusan dibuat mengelap bekas susu cokelat di sudut bibirnya. Matanya melotot lagi.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang