21. What?

4.2K 292 21
                                    

Rara mengerjap beberapa kali saat kesadarannya sudah terkumpul sepenuhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rara mengerjap beberapa kali saat kesadarannya sudah terkumpul sepenuhnya. Dia melirik ke tangannya yang kini sudah tersambung dengan selang infus. Rara tahu betul siapa yang memasang benda itu di tangannya. Siapa lagi kalau bukan Rega. Rega sendiri kini tertidur di sofa kamar Rara. Pria itu sudah berganti pakaian dari kemeja menjadi kaos oblong abu-abu. Celana kainnya pun sudah berganti menjadi celana denim longgar selutut. Dengkuran halus terdengar dari pria itu. Rara mengembuskan napas panjang ketika menemukan wajah polos Rega saat tidur.

Perlahan Rara bangkit. Dia mengubah posisinya menjadi duduk. Sensasi pusing masih sedikit dirasakannya. Namun, dia tetap nekat untuk mencoba berdiri. Alhasil Rara terhuyung dan nyaris saja terjatuh lagi kalau Rega tidak dengan sigap menangkapnya. Rega ternyata sudah bangun. Instingnya bangun sangat tepat di saat Rara nyaris saja jatuh lagi. Mungkin karena mereka punya ikatan yang kuat.

"Mau ke mana, sih? Kamu masih sakit," cegah Rega.

"Kampus," jawab Rara lirih. Suaranya terdengar begitu lemah.

"Enggak. Kamu nggak boleh kerja dulu."

"Tapi.... "

"Rara! Jangan aku bilang!" bentak Rega. Entah mengapa kali ini dia berani membentak istrinya sendiri.

Rara menghela napas perlahan. Dia ingin membalas bentakan Rega. Tapi apalah daya tubuhnya masih terasa lemas. Berteriak demi Rega hanya akan menghabiskan tenaganya sia-sia, tapi Rara sendiri tak bisa melawan Rega karena sekarang suaminya itu memaksanya kembali berbaring.

"Aku nggak apa-apa."

"Kamu apa-apa. Buktinya tadi pingsan. Kamu kecapekan."

"Cuma kecapekan, kan? Nggak sakit parah. Jadi aku bisa ke kampus, kan?"

"Rara! Nurut sama aku. Jangan ngurusin akreditasi dulu." Ujar Rega.

"Tapi.... "

"Kamu harus istirahat kalau mau sembuh. Aku ini dokter sekaligus suami kamu. Jadi aku yang paling paham kondisi kamu."

Rara mendengus pasrah. "Iya. Aku bakal izin nggak masuk hari ini."

Keduanya kini terdiam. Rega kembali merebahkan diri di sofa. Sebenarnya Rega sendiri sangat lelah. Semalaman dia tidak tidur saat berjaga di rumah sakit. Tubuhnya terasa remuk redam. Perutnya juga sedari tadi keroncongan karena belum terisi makanan barang sesuap pun. Ditambah lagi dia harus wara-wiri mencari Rara tadi, tapi dia berusaha tetap kuat di hadapan Rara.

"Bentar lagi Gladys sama Elang ke sini nganterin bubur bikinan Mama buat kamu. Tadi aku Mama telepon tanyain kamu. Aku bilang kalau kamu lagi sakit. Ya udah, akhirnya Mama bikinin kamu bubur."

Rara hanya terdiam, tak berniat membalas ucapan Rega. Di kepalanya masih basah dengan kejadian sebelum dia pingsan tadi. Tentunya dia masih marah pada Rega. Tak berselang lama kemudian, Elang dan Gladys datang membawa rantang berisi bubur. Keduanya masuk begitu saja karena Elang tahu persis pin pintu apartemen Rega.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Where stories live. Discover now