28. Para Pengganggu

6.1K 338 35
                                    

Pagi ini Rara sudah diperbolehkan pulang. Dia duduk di tepi bed, sementara Rega mengemasi pakaian dan barang-barang Rara ke dalam tas jinjing. Rega memang melarang Rara melakukan banyak aktivitas di masa pemulihannya seperti sekarang. Jadilah Rara hanya duduk sambil memandangi suaminya yang sibuk packing.

"Jadi, jengukin Tristan kan abis ini?" tanya Rara.

Masih ingat Tristan kan? Anak yang dianggap Rega seperti adik iparnya. Tadi Rega memang mengajak Rara menjenguk Tristan sebentar. "Jadi," balas Rega singkat.

"Kamu nggak jaga?"

Rega menggeleng. "Udah izin nggak jaga kok. Aku mau temani kamu di apartemen seharian penuh."

"Aku udah baik-baik aja. Kamu nggak boleh bolos jaga."

"Aku udah ijin. Nggak bolos itu namanya."

"Tapi...."

"Aku cuma mau jagain kamu hari ini." Tiba-tiba Rega bergerak mendekati Rara, lantas mengecup kening Rara singkat. "Saking sayangnya sama kamu."

"Dasar! Gombal melulu."

"Biarin, lagian udah lama nggak gombalin kamu."

Rara turun perlahan dari bed saat Rega sudah selesai dengan urusan packing.

"Mau aku bantuin?" tawar Rega mulai siaga menggandeng tangan Rara.

"Aku bisa sendiri."

"It's okay."

Tepat sebelum keduanya meninggalkan ruangan, Elang datang datang tergopoh-gopoh. Anak itu penampilannya sangat awut-awutan. Bagian bawah matanya juga sedikit menghitam. Sepertinya anak itu tidak tidur semalam suntuk.

"Mana yang harus gue bawakan?" tanya Elang.

"Nih!" Rega menunjuk tas jinjingnya. "Masukin ke mobil gue," titahnya kemudian.

"Oke, siap." Elang langsung meraih tas jinjing itu. "Oh, iya, Mama sama Papa mau ke apartemen lo, tapi nanti sore abis Papa selesai praktek. Mau lihat Kak Rara katanya."

"Bilangin ke Mama, bawa makanan yang banyak kalau ke apartemen. Istri gue masih belum gue bolehin buat masak."

"Takut banget kelaparan," celetuk Elang sebelum meninggalkan ruangan itu dengan menjinjing tas.

***

Rega menggandeng Rara yang kini berjalan menuju kamar rawat Tristan. Dia begitu penasaran dengan anak itu. Dan baru kali ini dia punya kesempatan itu untuk menjenguk anak itu. Setibanya di kamar inap yang tidak terlalu luas itu, Rara langsung disambut senyum ramah Tristan.

"Hai, Tris. Gimana keadaan kamu?" tanya Rega begitu masuk.

"Lumayan baik, dok." Tristan memandangi Rara yang kini berdiri di samping Rega. Tristan mengenal betul siapa wanita di sebelah Rega. "Bu Rara, kok bisa ada di sini sama Dokter Rega?"

"Bisa dong. Kan mau jengukin kamu bareng Dokter Rega." Sebenarnya Rara sendiri juga kaget saat tahu Tristan yang sering diceritakan Rega adalah mahasiswanya sendiri. Saking banyaknya nama Tristan sampai membuatnya tidak menyangka bahwa anak yang sekarang sedang berjuang adalah mahasiswanya sendiri. Yang Rara tahu selama ini Tristan hanya cuti kuliah, tanpa tahu alasan mengapa anak itu cuti.

"Lho, kamu kenal Tristan?"

"Dia mahasiswa aku, anak biologi yang ngambil penjurusan botani. Aku pernah ngajar dia dulu."

"Mohon maaf, kalau boleh tahu apakah Bu Rara sama dokter Rega... pacaran?" tanya Tristan sesopan mungkin. Meski anak itu tahu betul bahwa pertanyaan itu terlalu bersifat privasi.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang