14. Cool Husband

4.4K 287 50
                                    

"Itu tadi mobil Erza, kan? Ngapain dia menemui kamu?"

Rara sempat gelagapan menjawab pertanyaan itu. Meski Rega dan Erza sudah damai, tapi Rara tahu kalau Rega masih sensitif jika melihat kebersamaannya dengan Erza seperti dulu. Rara tahu Rega sedang cemburu.

"Erza cuma kebetulan lewat. Terus nyapa aku."

"Terus itu jeruk dari mana? Dari Erza?" tanya Rega penuh selidik.

"Iya. Ini dari dia. Kenapa?"

"Buang aja."

"Main buang aja. Mubazir tahu!" Ujar Rara ketus. Tak rela jika jeruk satu keranjang itu dibuang sia-sia.

Rega mendengus sebal. "Ya udah masuk, gih!" titahnya. Rara pun masuk ke dalam mobil, duduk di kursi penumpang depan bersebelahan dengan Rega.

Rega menyalakan mesin mobil dan melajukannya ke cabang toko kue milik Mama yang dikelolanya. Laba dari cabang toko kue Mama itu sepenuhnya diberikan pada Rega. Mama mempercayakan cabang tokonya itu pada Rega agar anaknya punya penghasilan di saat menempuh pendidikan spesialis. Ternyata firasat seorang ibu tak pernah salah. Selain menempuh pendidikan spesialis, Rega juga menikah. Setidaknya laba dari cabang toko kue itu bisa menunjang biaya pendidikan sekaligus kehidupan rumah tangga Rega beserta istrinya.

Sepanjang perjalanan Rega hanya terdiam. Padahal biasanya dia sangat cerewet jika sedang di dalam mobil bersama Rara. Mukanya juga datar, malah lebih datar daripada mukanya Elang. Rara pun mengalihkan pandangannya dari jalanan di balik kaca jendela mobil ke sosok suaminya yang sedang menyetir.

"Rega?"

"Hmmm," Rega hanya menjawabnya dengan gumaman panjang.

"Marah?"

Rega hanya diam. Kedua bola matanya hanya terfokus pada jalan. Rega tak mau melirik wajah istrinya barang sedikit pun.

"Aku udah nggak ada perasaan apa pun sama Erza," kata Rara jujur. Dosen muda itu berusaha meluluhkan hati suaminya. "Sekarang di hati aku cuma tertanam cinta dari kamu."

"Kamu kira cinta itu kayak tanaman? Bisa ditanam di hati. Hati aku nggak ada tanahnya, Ra. Mana bisa kamu tanam cinta di hati aku," balas Rega asal, tapi muka masih masam.

Sesaat Rara ingin menjitak kepala suaminya. "Aku serius, Re."

"Aku juga serius, Ra. Hati aku nggak ada tanahnya. Adanya sel hepatosit, sel endotel, sel kuppfer, sel stelat, vena hepatica, arteri hepatica, vena porta hepatica...."

"Rega, please. Kita nggak lagi ngomongin histologi*. Kamu nggak usah bahas isi buku Junqueira* sama aku," potong Rara, muak mendengar ocehan suaminya yang tidak nyambung dengan topik pembicaraan.

"Kamu yang mulai duluan."

"Iya. Maafin aku. Aku tadi nggak sengaja ketemu sama Erza."

"Aku takut kamu baper lagi sama Erza."

"Kamu ragu sama perasaan aku?"

Rega kembali diam. Sampai di depan toko kue pun dia masih enggan untuk menjawab.

***

Rega dan Rara masuk ke dalam toko. Ternyata di depan pintu sudah ada Mama yang menyambut. Elang dan Gladys juga terlihat berdiri di belakang Mama. Rega dan Rara kaget saat melihat bangunan toko yang sudah disulap menjadi kafe. Berbulan-bulan tidak mengunjungi tempat ini membuat Rega tidak tahu kalau Mama memperluas bangunan dan menambahkan beberapa meja sekaligus kursi layaknya sebuah kafe. Interiornya juga mengalami banyak perubahan. Desain interior yang mengusung konsep retro itu simple tapi terkesan elegan. Mama bilang itu hasil kerja kerasnya Gladys yang berkolaborasi dengan teman kuliahnya.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Donde viven las historias. Descúbrelo ahora