17. You're Mine

5.6K 314 94
                                    

Mohon perhatian, chapter ini kontennya agak menyerempet 18+. Agak menyerempet lho ya. Bukan full 18+. Saya juga ingin jadi author yang bijak dengan memberi peringatan ini. Jadi bagi yang belum cukup umur harap bijak dengan men-skip chapter ini dan tidak membacanya. Resiko ditanggung sendiri jika tetap nekat baca chapter iniBagi kalian yang udah cukup umur. Selamat kalian lolos

Selamat Membaca

***

Rara berjalan tertatih saat keluar dari kamarnya. Perempuan yang masih memakai piyama kotak-kotak pink itu terus memegangi perutnya. Sesekali dia meringis menahan sakit yang menghujam perutnya. Rara bergerak ke kulkas, mencari makanan apa saja yang bisa dimakan. Namun, tiba-tiba tubuhnya terhuyung saat akan mengambil roti tawar di rak kulkas. Beruntung ada Rega yang menahan tubuhnya agar tetap tegak.

"Astaga, Ra. Kamu sakit?"

Rara tak menjawab. Lidahnya kelu untuk berucap di saat perutnya terasa sakit. Rega pun akhirnya memapah istrinya kembali ke kamarnya. Dia membaringkan Rara di ranjang. Lalu mengambil peralatan medis di kamarnya sendiri.

"Kamu kemarin malem lupa makan, kan?" tanya Rega saat sudah kembali di kamar Rara. "Pasti maag kamu kambuh lagi."

Pria 27 tahun itu memakai stetoskop, lantas membuka kancing pertama piyama Rara. Namun, secepat kilat Rara menepis tangan Rega."Kamu apa-apaan, sih?"

"Mau periksa kamu."

"Nggak usah."

"Kamu sakit. Nggak usah ngebantah aku kalau mau sembuh."

"Aku cuma maag. Nanti minum obat juga sembuh sendiri. Kamu kasih aku obat aja."

Rega menggeleng. "Nggak, Ra. Aku perlu memeriksa kamu. Buat memastikan kondisi kamu."

"Tapi ..."

Rega meletakkan telunjuk jarinya ke depan bibir Rara. "Jangan ngebantah. Nurut sama suami. Jangan bikin aku khawatir. Oke?"

Rara menghela napas pasrah. Mau tidak mau dia harus menuruti Rega. Tangannya kini membuka kancing pertama piyamanya. Membuat bagian menonjol di dada yang selama ini disembunyikan dari suaminya sendiri sedikit terlihat. Rega pun sempat kesulitan menelan ludah saat melihat bagian itu. Namun, dia segera membuang pikiran kotor dari kepalanya. Perlahan Rega menyentuhkan stetoskop di dada Rara. Sensasi dingin langsung Rara rasakan di kulit dadanya. Rega juga menekan perut Rara untuk memeriksanya. Rara sedkit risih. Sementara Rega sedikit bergetar. Dia masih berusaha mengontrol dirinya dan nafsunya.

Selesai dengan urusannya, Rega pun dapat bernapas lega. Kini dia mengambil sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah Rara. Istrinya itu hanya pasrah menerima perlakuan protektif dari Rega.

"Tekanan darah kamu normal. Mual banget nggak?"

Rara mengangguk. "Kayak biasanya kalau maag aku kambuh."

"Tunggu bentar. Aku ambilin obat buat kamu."

Rega bergerak keluar mencari obat. Rara pun dapat melihat raut panik dari wajah Rega. "Nih obatnya, diminum. Aku ambilin air juga nih," ujar Rega. Dia lantas membantu

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Où les histoires vivent. Découvrez maintenant