31. A Present from God

8.7K 383 44
                                    

Satu bulan kemudian...

Rara meneguk teh hangat yang baru saja diseduhnya. Musim penghujan telah datang dan sekarang dia terjebak sendirian di apartemen. Hujan yang sedari tadi tak kunjung reda membuatnya enggan keluar dari apartemen. Bahkan dia membatalkan janji dengan mahasiswanya untuk mencari protein target bersama. Rara tak bisa melepas mahasiswanya begitu saja karena pekerjaan mencari protein target untuk penelitian mereka sangat rumit. Belum lagi docking yang bisa memakan waktu lebih lama. Namun, meski terlihat sibuk, Rara sudah membatasi jadwalnya di kampus. Kalau sudah waktunya pulang, dia akan pulang. Tidak menjadi setan laboratorium seperti dulu. Sekarang dia lebih mengandalkan mahasiswa yang merangkap menjadi asistennya untuk mengatasi penelitiannya.

Beberapa kali Rara sempat menerima telepon dari mahasiswanya, tapi untungnya mereka bisa mengatasinya. Sekarang Rara bisa bernapas lega tanpa perlu terbebani pikiran tentang penelitiannya, sehingga sore ini dia bisa duduk manis di sofa ruang tengah sembari menonton Sherlock Holmes dari DVD koleksi Rega. Rara membawa cangkir teh dan beberapa camilan di meja ruang tengah. Rara mengunyah keripik udang dari dalam toples saat fokusnya tertuju pada aksi Holmes saat di kereta dan jatuhnya Watson dari kereta ke sungai yang dalam. Namun, saat menelan keripik udang itu, tiba-tiba rasa mual muncul begitu saja. Film yang menampilkan adegan serius itu pun tak dipedulikannya lagi. Rara malah berjalan mencari wastafel di kamar mandi.

"Sayang, aku pulang."

Teriakan itu terdengar saat Rega baru saja masuk ke dalam rumah. Namun, Rara tak mempedulikannya. Dia masih sibuk dengan rasa mualnya akibat makan keripik udang.

"Sayang, kamu kenapa? Sakit?" tanya Rega yang kini berdiri di ambang pintu. Lantas berjalan mendekat. Tangannya kini mengurut tengkuk Rara pelan. Sementara Rara hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Nggak tahu. Abis makan keripik udang rasanya mual banget."

Rega membulatkan matanya. "Hamil paling," balasnya enteng dan hanya bercanda.

Rara terdiam sejenak. Ingatannya kembali pada kalender yang dilingkarinya tadi pagi sebelum berangkat ke kampus. "Tadi pagi aku ngitung siklus haid aku. Telat, tapi nggak yakin hamil beneran atau cuma siklus menstruasi aku yang nggak lancar."

"Coba aku cek." Rega menyentuh perut Rara guna mencari sesuatu berdasarkan pengetahuan medis yang dikuasainya.

"Aku hamil ya, Re?"

"Belum tahu. Aku nggak bisa memastikan kalau belum dites. Aku belikan testpack, ya?"

"Nggak usah. Kamu barusan pulang. Lagian ini hujannya deres banget."

"Kan pakai mobil belinya. Aman dari hujan." Rega terdiam sejenak. "Atau mau langsung ke rumah sakit aja? Periksa sekalian ke poli kandungan." Karena rasa penasaran Rara akhirnya menyetujui.

"Belikan testpack dulu aja," pinta Rara.

***

Rega menyodorkan lima batang testpack dengan merk berbeda. Sedikit gemetar, Rara meraih lima testpack itu, lantas berjalan menuju kamar mandi. Rega yang menunggu di luar juga sangat penasaran dengan hasilnya. Sudah beberapa menit dia menunggu Rara, tapi Rara tak kunjung keluar. Film Sherlock Holmes yang masih terputar pun tak dipedulikannya. Saat ini isi kepalanya hanya hasil testpack.

"Gimana, Sayang?" tanya Rega begitu melihat Rara keluar.

"Nih." Rara menyodorkan lima batang testpack itu pada suaminya.

"Hasilnya?"

"Lihat sendiri," titahnya.

Rega melihat satu per satu testpack dengan merk berbeda itu. Dan semuanya menunjukkan dua garis merah. Hasil itu sempat membuat Rega tertegun sesaat, tapi detik selanjutnya dia langsung merengkuh Rara ke dalam pelukannya.

Erlebnisse (Re-Publish) ☑Where stories live. Discover now