[1]

4.5K 434 99
                                    


***

Helaan nafas panjang dikeluarkan si pemuda biru. Matanya yang sewarna dengan langit biru menatap kosong pemandangan kota di bawahnya. Satu tangannya di lipat diatas meja sementara yang lain menjadi penahan dagu.

Banyak regular nampak berkeliaran di kota. Menjalani kehidupan mereka masing-masing. Ada yang tengah berbelanja dengan asyiknya, ada juga yang tengah berlatih di tempat yang lebih lapang. Beberapa membuka usaha bisnis dan beberapa melakukan kejahatan.

Pemalakan dan kekerasan dari kuat terhadap yang lemah sudah menjadi pemandangan yang biasa di setiap lantainya di menara. Sehingga hal itu tidak banyak menuntut perhatian sang Pengurus. Masing-masing dari mereka memiliki mimpi dan itu adalah motivasi mereka untuk terus menaiki menara.

Untuk menaiki menara, keberuntungan adalah kunci terpenting. Dan terkadang Khun berpikir betapa tidak adilnya kehidupan menara. Beberapa memiliki mimpi dan tujuan yang sangat mulia tapi berakhir dengan tragis, beberapa hanya memiliki keinginan omong kosong tapi mereka berhasil naik.

"Khun, apa yang sedang kau pikirkan?"

Khun menoleh sedikit, mendapati Sang Irregular memasuki ruangan tempat dia merenung. Bibirnya sedikit melengkung keatas, "Hanya pemikiran kosong, tidak ada yang penting."

Baam menatap pemuda biru itu lamat sebelum ikut mengambil duduk di kursi disamping yang lain. Bola mata emasnya ikut menatap pemandangan dibawah apartemen yang mereka tempati.

Khun sedikit menegakkan tubuhnya saat rasa pegal mulai menjalar karena dia tidak mengubah posisi dalam waktu lama, bola mata kobalt miliknya beralih pada Irregular disampingnya. "Kau tidak bersama Endorsi? Dia bilang kalian berdua ada kencan."

Baam mengukir senyum canggung, "Tadinya kami bersama, hanya saja aku... hmm..."

Khun menaikkan sebelah alisnya saat seringai jahil terukir diwajahnya, "Hmm? Kau meninggalkannya?"

Baam, "Bu-bukan begitu, hanya saja aku,..."

Khun menghela nafas panjang pura-pura prihatin, "Aaah, kemana perginya Baam yang naif dan polos di lantai ujian? Yang sekarang aku temui bukankah adalah penghancur hati para wanita. Bukan hanya bersikap kasar tanpa ragu pada Ehwa yang cantik dia juga dengan teganya meninggalkan seorang Putri menara di tengah kencan!?"

Baam menautkan alisnya panik, "Khun! Bukan begitu, hanya saja aku,..."

BRAK

"BAAM!! BERANINYA KAU MENINGGALKAN KENCAN KITA!!"

BRAK

Khun sedikit mengernyitkan alisnya khawatir saat melihat Baam terjatuh dari kursinya karena tendangan Endorsi. Tapi dirinya juga tidak bisa menahan diri untuk tertawa pelan. Shibisu menghampirinya dengan lesu dan sesekali akan berkomentar diam-diam perihal sikap barbar Endorsi.

Ehwa dan Wangnan baru saja kembali dari pasar setelah membeli bahan-bahan dapur dan cemilan. Mereka terkejut melihat Baam yang tampak panic menghadapi amukan Endorsi sebelum kemudian kembali tenang saat Goseng dan Miseng datang menjelaskan.

Lauroe berjalan dengan selimut tebal membungkusnya, dia mendudukkan dirinya di dekat Khun yang sibuk mendengarkan ocehan Shibisu. Khun melirik Lauroe saat pemuda yang berselimut itu menarik pelan ujung lengan bajunya.

Lauroe membuat gerakan isyarat agar Khun mendekatkan telinganya yang langsung di lakukan yang lain tanpa banyak bertanya. Shibisu tidak terlalu mempedulikan mereka saat dirinya melihat Anaak dan Ran memasuki apartemen dengan keadaan berantakan. Jelas dua bocah itu baru saja bertengkar.

[BL] This Tower Have Some Secret (SLOW UPDATE)Where stories live. Discover now