Ciko - Tante...

11.3K 2.4K 656
                                    

Mempererat genggaman pada ujung tali tas, laki-laki berkulit putih pucat itu sesekali bersenandung ria.

Menyenandungkan lagu yang sering disetel teman-temannya melalui ponsel di kelas sewaktu jam kosong.

"Sarangeul haetta uriga manna ~
jiuji mothal chueogi dwaetda—"

Ah, Ciko suka lagu itu. Tapi tidak ingat dengan jelas liriknya, nadanya pun lupa. Hanya sekelibat sekenanya saja di otak. Karena Ciko tidak pernah dan tidak bisa mendengarkan lagu itu selain di sekolah.

Laki-laki kurus kering itu berjalan di trotoar, baru pulang sedari menimba ilmu di sekolah. Di bawah teriknya sinar sang mentari yang menyenter langsung pada kulit putih pucat nya.

Berjalan menuju rumah.

Ah, rumah tantenya maksudnya.

Melirik jam tangan yang kacanya sudah retak serta jarum panjangnya sudah lepas dari pangkalnya, ternyata masih sekitar tiga puluh menit lagi hingga ia sampai rumah. Sekitar jam setengah lima, lah.

Dan Ciko sudah berjalan kaki sekitar satu jam.

Jarak rumah tantenya dengan Sekolah Menengah Atas yang ia abdi terpaut jauh. Bahkan amat jauh.

Tapi Ciko tidak memiliki pilihan lain selain jalan kaki. Naik angkot butuh dua kali ganti, masing-masing harus bayar tiga ribu.

Sayang. Jadi Ciko lebih memilih uangnya disimpan saja dan ia berjalan kaki seperti ini.

Ia sudah terbiasa. Sejak menginjak bangku SMP.

Bahkan Sekolah Menengah Pertamanya dulu lebih jauh dibandingkan Sekolah Menengah Atas yang kini ia abdi.

Jadi Ciko cukup bersyukur. Setidaknya, lebih cepat tiga puluh menit dibanding dulu.

Tungkai jenjangnya berhenti melangkah saat sudah berhadapan dengan pagar hitam menjulang yang menutupi istana di dalamnya

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.


Tungkai jenjangnya berhenti melangkah saat sudah berhadapan dengan pagar hitam menjulang yang menutupi istana di dalamnya.

Tangannya menjulur lewat lubang kecil yang sengaja ada untuk membuka pagar lewat luar. Setelah terbuka, ia pun masuk dan kembali menutupnya.

Melepas sepatu usang yang solnya sudah sedikit menganga, ia menjinjingnya. Hendak membawa masuk.

Telapak kaki yang berniat mulai memasuki rumah kembali ia tarik saat tiba-tiba seorang laki-laki muncul dari dalam dan berdiri di ambang pintu, menghalangi jalannya.

Itu kakak sepupunya.

"Udah pulang lo?"

"Udah, Koh." Ciko menunduk, memerhatikan kulit jemari kakinya yang mengeriput akibat terlalu lama berjalan.

"Bagus, deh. Cepet cuciin mobil gue tuh, udah buluk banget kayak sepatu lo. Udah berapa hari lo nggak cuciin mobil gue?"

Ciko mengangguk patuh. "Iya nanti."

youth | nct dream ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin