protect

9.1K 1.8K 688
                                    

“Kamu udah tau belum kalau Raanan sekarang temenan sama Januar?”

“Hah? Yang benar aja. Jangan ngadi-ngadi ya kamu.”

“Beneran, ish! Makanya sekarang lagi heboh.”

Like… seriously? Tipikal teman main Januar bukan Raanan banget, dan sebaliknya.”

“Mungkin Raanan cuma mau numpang tenar?”

Kaki yang hendak memijak tertahan di udara, lalu ditariknya kembali ke langkah sebelumnya. Manik pekat jelaganya tertegun pada garis lurus ubin koridor.

Ah… Jadi ini penyebab mengapa hari ini dirinya merasa banyak pasang mata yang memerhatikan sepanjang hari. Tumben. Biasanya kan tidak ada yang peduli.

“Mungkin dia bosan nggak punya teman di sekolah?”

“Atau mungkin dia sama Januar punya perjanjian menguntungkan? Raanan jadi tenar dan imbalannya akademis Januar dijamin Raanan. Impas, 'kan?”

Maybe? Walau kayaknya sih, gitu. Soalnya terlalu tiba-tiba.”

Raanan itu bukan tipikal yang meledak-ledak. Ia dilatih agar menjadi seseorang yang bisa menutupi pitam dengan seulas senyum semanis madu,  terlebih di tempat umum. --Pengecualian untuk kasus ‘Jimmy Neutron’ Januar. Kalau yang itu Raanan benar-benar tidak suka--.

Maka dari itu, tanggapan yang ia pilih adalah mengulas senyum tipis pada dua gadis yang nampak salah tingkah karena tertangkap basah.

“Istirahat itu waktunya mengisi ulang tenaga, bukannya malah buang-buang tenaga untuk menggunjingkan orang lain,” bisik Raanan menutupi sisi mulut seperti yang mereka lakukan tadi saat membicarakan dirinya.

Disindir seperti itu, sontak keduanya beranjak tanpa pamit. Meninggalkan Raanan di tempat yang sudah kembali merunduk, memandang ujung sepatu lesu.

Mulut Raanan memang jago bersilat lidah. Tapi nyatanya sang lubuk hati tak seperti sang pembicara. Raanan itu perasa dan sensitif, ditambah watak overthinking yang tertanam setia di dalam dirinya yang kadang memperburuk keadaan.

Seperti sekarang ini. Pemikiran hiperbola-nya sudah saling bersahutan di dalam kepala, menciptakan efek samar gaung di kedua gendang telinga.

Apa semua orang beranggapan seperti itu?

Apa memang sepantasnya Raanan tak berdekatan dengan Januar si Prince of Humble?

Apa memang seharusnya dari awal dirinya menginap saja di hotel dibandingkan di rumah Bunda?

Apa Raanan sebaiknya--

"Woy!"

Bahu sempit itu berjengit kaget. Refleks mengelus dada hingga irisnya mendapati Januar yang sudah merangkul pundaknya dengan senyum jenaka ciri khasnya.

“Dicariin juga tadi di kelas mau ngajak ngantin bareng. Eh, udah nggak ada duluan."

Ini dia, si oknum yang membuat namanya menjadi bahan perbincangan panas di sekolah.

“Saya mau ke perpus—“

“Buku nggak bikin kenyang. Mending kita nyabu, yuk?”

“HEH?!” Raanan dengan cepat menepis lengan Januar dari bahunya, matanya membulat sempurna. Sedangkan Januar di tempat malah mengerut bingung.

Kenapa? Ada apa? Januar siapa?

Pemuda bergantung jam tangan mahal itu melipat tangan ke depan dada. “Kalau mau masuk neraka jangan ngajak-ngajak saya, deh.” Melihat sang lawan bicara bungkam di tempat dengan raut datar membuatnya menggeleng tak percaya.

youth | nct dream ✔Where stories live. Discover now