the beginning of Jian...

6.9K 1.5K 228
                                    

"Mulai hari ini, Clara jadi kakaknya Jian. Jian jadi adiknya Clara, ya?"

"...."

"Kok diam aja?"

"E-eh? I-iya om...."

"Om?"

"M-maksud J-Jian, Ayah...."

Kedua sudut bibir melawan gravitasi, mengulas lengkung manis dihiasi guratan di tepi netra pertanda senja usia. Aura hangat menguar menyelimuti ruangan sederhana itu, membuat Jian turut menarik kurva nya.

Ah, dirinya merasa hangat, nyaman, dan... utuh.

Jemari lantas mengusak surai putranya lembut sebelum beralih menatap sang putri sulung yang sedaritadi hanya bergeming.

"Clara?"

"Hm."

"Kok hm doang? Gimana? Kamu jadi kakaknya Jian, kan?"

Clara bergeming, dirinya memilih menyibukkan diri dengan ponsel hingga beberapa detik berlalu dalam hening penuh harap.

Pun akhirnya maniknya beralih pada sang adik tiri, bunda barunya dan ayah bergantian. Mereka menatap Clara penuh harap.

Karena di pernikahan kedua belah pihak ini, hanya dirinyalah yang kontra.

Clara membanting pelan ponselnya ke sofa, menekuk lengan ke depan dada. "Ck. Iya iya!"

Sontak tiga insan di hadapan memasang senyum haru. Terlebih laki-laki berumur limabelas tahun itu, Jian sangat senang akhirnya memiliki seorang kakak. Setelah bertahun tahun iri melihat teman-temannya memiliki saudara, akhirnya ia bisa merasakannya sekarang.

Jian sangat bahagia....

"Karena sekolah Jian dekat kampus kamu, mulai besok kamu jemput Jian pulang sekolah, ya?"

"Eh? Nggak usah, Yah. Jian bisa kok pulang sendiri!" sergah Jian, air wajahnya panik. Membuat ayah mengernyit.

"Nggak bisa. Rumah kamu yang sekarang ini letaknya jauh dari sekolah, nanti kamu kecapekan."

"Ta-Tapi—"

Lantas Jian tak melanjutkan kalimatnya kala jemari Bunda mengusap lengannya seraya tersenyum teduh dan mengangguk, mengisyaratkan Jian untuk patuh saja demi kebaikannya. Pun mau tidak mau Jian turut.

Gantian, kini Clara yang protes. "Ck. Harus banget?"

"Ya iya dong. Dia kan sudah resmi jadi adik kamu, Clara."

Gadis berambut kemerahan itu menghela napas kasar. "Iyaudah iya."

Ayah kembali tersenyum. Mengusap surai Clara sebentar sebelum beralih menatap Jian.

"Jian tidur ya? Udah malam. Besok kan sekolah."

Jian mengangguk. "Iya, Yah. Jian pamit tidur dulu ya Bun, Yah," pamitnya lalu beranjak naik ke lantai atas, menyisakan Clara, Bunda dan Ayah.

Setelah memastikan adik dirinya sudah sampai lantai atas, Clara kembali angkat bicara.

"Si Jian kenapa nggak dibeliin motor aja?"

"Jian nggak bisa naik motor."

"Ya diajarin, dong?"

"Jangan. Ayah nggak mau ambil resiko."

Clara mendecak. "Nyusahin aja," gumamnya kecil kemudian beranjak dari sana.

Tapi sepertinya, Bunda dengar. Buktinya wanita cantik itu melirih tak enak.

"Maaf, ya."

Langkah Clara tentu terhenti, sedikit menoleh ke belakang.

"Maaf Bunda jadi ngerepotin kamu," lirih wanita itu, jemarinya bertaut gusar.

youth | nct dream ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat