she will recover

7K 1.6K 167
                                    

Ada dua tipe manusia.

Keras kepala dan plin-plan.

Januar itu tipe yang ke-dua, alias plin-plan. Ditanya sekarang jawabannya "A", coba ditanya lagi, pasti jawabannya "B", coba terus aja ditanya tiap 15 menit sekali pasti beda terus jawabannya sampai "Z".

Tapi, kalau ditanya kapan momen paling membahagiakan bagi Januar?

Januar bakal dengan lantang dan penuh yakin menjawab, "SAAT KETEMU AYANGMBEB ADARA." Kalau yang ini, mutlak. Nggak pernah berganti jawaban.

Buktinya, sekarang laki-laki berjaket kulit hitam itu tengah melangkah riang sesekali melompat di sepanjang koridor rumah sakit. Tak lupa melambai girang pada pasien-pasien yang tentu saja hanya dihiraukan.

Pasti nggak ada yang nyangka. Penampilannya kayak anak geng motor, tapi bucin abis. Mana kelakuannya begini. Haduh.

Sepatu kets dengan motif gelombang putih di sisi itu berdecit nyaring saat sang empu berbelok pada perpotongan koridor.

Kegirangan dia, sampai kelewatan.

Tapi senyum selebar bentang samudera silih berganti dengan kerutan imajiner di dahi. Pintu besi yang senantiasa menutup redup kini malah terbuka lebar. Tak perlu banyak waktu, lekas ia menghampiri.

"Loh, Sus? Kenapa? Ngapain?" Rudungnya sesampai di sana. Bingung. Adara diturun-ranjangkan?

Gadis yang tadinya sibuk mempernyaman diri pada kursi roda lantas menyambut dengan seulas senyum lebar.

"Januar!" Pekiknya dengan wajah berseri-seri.

Membuat kurva Januar kembali menarik penuh. "Hai kesayangan aku," sapanya manis.

"Ini Adara mau dibawa keluar, ke taman," klarifikasi suster yang keberadaannya sempat terabaikan. Udah biasa kalau urusan sama dua sejoli ini sih.

"Loh, emang boleh?" tanya Januar seraya mengambil alih kendali kursi roda dari si suster.

"Boleh. Kebetulan kamu datang. Saya nitip Adara, ya. Saya lupa tadi mau nyuapin bangsal sebelah."

"Ashiap!"

Baik Adara maupun Januar menatap kepergian si suster dalam hening--eh, nggak. Tadi Januar sempat ngegombal dulu sama si suster dan ngucapin hati-hati di jalan, padahal cuman ke bangsal sebelah. Adara sih cengar-cengir aja dengernya. Udah biasa.

"Ayo Jan, let's go!" Seru si hawa membuat adam mengacak lembut surai legamnya. Gemes dia tuh.

"Siap tuan putri!"

Dengan harsa yang ber-euforia, dirinya mendorong kursi tersebut menuju taman belakang rumah sakit. Tidak dapat dipungkiri, tangannya bergetar gugup mengingat ini pertama kalinya ia dan sang kekasih keluar bersama setelah sekian lamanya.

Sesampainya di sana, Januar memarkirkan kursi roda pada rerumputan hijau taman dan mendudukkan diri tanpa alas.

"Kok duduk di bawah, sih? Di bangku atuh, kan bisa. Hih, kayak gembel."

Januar menggeleng, menyender pada sisi kursi roda, lalu menyatukan pandang dari bawah sana. "Di bawah aja, biar kamu keliatan tambah-tambah cantiknya."

"Oh? Jadi kalo kamu duduk di atas, aku nggak cantik, gitu?"

"Lah ya bukan gitu atuh princess, ih."

Januar jadi panik sendiri melihat Adara malah buang muka ke arah lain. Pas nengok ke arah pandangnya, Januar merasa dibodohi. Ternyata Adara lagi tersenyum lebar di sana dengan pipi yang bersemu malu.

youth | nct dream ✔Where stories live. Discover now