chapter 1

934 48 4
                                    

You think you know me?

Think again!

~•~


Luna mengembuskan napasnya, berusaha sekuatnya untuk tidak membuat moodnya buruk di hari sedini ini. Dia harus tahan, meski rasanya ingin menyalahkan seseorang atas apa yang terjadi padanya saat ini. Bus sekolah pagi ini sangat penuh. Mungkin karena awal tahun ajaran baru, jadi banyak yang bersemangat dan memilih untuk berangkat pagi. Atau bisa juga karena berhemat––tidak mau mengeluarkan uang saku untuk naik angkot atau bus umum––jadi jatah uang jajan untuk makan di kantin biar bisa nambah.

Opsi kedua sepertinya lebih cocok untuk Luna. Dia tidak mau uang sakunya berkurang, jadi dia memilih untuk naik bus sekolah yang hanya tersedia satu saja untuk setiap sekolah. Dia rela berdesak-desakan dengan siswa lain dengan posisi berdiri, asalkan uang jajannya tidak berkurang. Well, sebenarnya bukan karena itu, ini semua karena kakak tersayangnya lagi tidak bisa mengantarkannya ke sekolah, jadi dia lebih memilih untuk naik bus sekolah karena gratis.

Luna memiliki dua kakak laki-laki yang super perhatian––atau malah bisa dikatakan sebaliknya. Kakak pertamanya bernama Pota Rajendra, dia bekerja di salah satu bank swasta. Saat Luna meminta untuk diantar sekolah, Kak Pota malah mengumpat dan menyuruh Luna keluar dari kamarnya. Wajar saja, karena kakak pertamanya habis begadang karena sibuk maraton nonton drama Korea. Luar biasa sekali bukan? Kakaknya baru akan bangun pukul setengah delapan dan mandi kilat, sarapan kilat, lalu berangkat ke kantornya.

Sedangkan kakak kedua Luna bernama Srean Cakrawala. Dia adalah seorang penulis. Lebih suka menghabiskan waktunya untuk kencan dengan laptop dan buku hingga dini hari. Luna iseng membuka kamar kakak keduanya itu, namun dia dibuat manyun saat melihat kakaknya tengah tertidur dengan posisi duduk dan kepalanya berada di atas meja, dengan mulut terbuka hingga menciptakan pulau-pulau. Kalau sudah begitu, mau dibangunin dengan cara bagaimanapun tidak akan bangun. Mungkin kedua kakaknya lupa kalau hari ini Luna sudah mulai kembali masuk sekolah, jadi ya begini akhirnya.

Dengan berat hati akhirnya Luna memilih untuk naik bus sekolah dan rela berdesak-desakan dengan aroma parfrum campur aduk yang jujur saja membuat perutnya mual. Sebenarnya biasanya ada jadwal untuk kedua kakaknya, Senin sampai Rabu Kak Pota yang mengantar, Kamis sampai Sabtu giliran Kak Srean. Namun untuk kali ini, karena ini hari pertama masuk sekolah setelah libur semester, anggap saja Luna terlalu bersemangat untuk sekolah dan tidak mau mengganggu tidur kakak tercintanya. Maka, Luna memilih untuk naik bus saja.

"Minggir-minggir, kasih celah. Orang ganteng mau lewat ...."

"Dedek-dedek gemes yang masih berseragam putih biru ... perkenalkan, gue adalah kakak kelas kalian yang paling tampan seantero sekolah."

Luna memutar bola matanya. Luna pikir dengan libur yang cukup panjang mampu membuat otak Catu sedikit lebih waras. Minimal rasa terlalu percaya dirinya berkurang sedikit. Namun, ternyata masih sama saja.

"Eeeehhhh, tumben-tumbenan nih bidadari jatuh dari pohon toge naik bus?" Catu tersenyum lebar saat mendapati cewek berambut hitam panjang dikuncir kuda, dengan iris mata cokelat kayu, juga hidung mancung––yang Catu akui masih tetap mancungan miliknya––sedang berada di bus yang sama dengannya. Luna mendengkus, lelah dengan kelakuan Catu.

Catu adalah sahabat Luna, semenjak mereka berdua sama-sama telat datang saat pertama MOS dulu, keduanya mendapatkan hukuman dengan membersihkan seluruh toilet sekolah, lalu begitu saja, akhirnya mereka menjadi sahabat. Seakan semesta memang meridai mereka, mereka akhirnya juga menjadi teman satu kelas, bahkan sebangku. Catu dan Luna sendiri saat ini sudah memasuki kelas dua belas. Jadi persahabatan mereka sudah berjalan dua tahun ini.

Eccedentesiast [END]Where stories live. Discover now