chapter 5

226 31 9
                                    

Dunia itu penuh kepalsuan. Masing-masing orang mengenakan topeng. Jadi, jangan heran jika suatu saat masing-masing dari mereka mulai menanggalkan topengnya.

—Catu Aksara Disenja

~•~


Luna menatap ponselnya dengan tatapan kesal. Kak Srean baru saja mengiriminya pesan bahwa Kak Srean tidak bisa menjemput Luna. Ada meeting tentang novel barunya. Jadi, Kak Srean menyuruh Luna untuk naik angkot, bus, atau apa saja terserah Luna.

"Kenapa?" Catu bertanya heran saat mendapati Luna tengah terdiam dengan raut muka kesal.

"Kak Srean nggak bisa jemput gue." Luna menjawab pelan. Memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Bel pulang sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, tapi karena guru matematika Luna terlalu disiplin, jadi di saat kelas lain sudah pulang, kelas Luna belum, karena menyelesaikan materi yang katanya nanggung kalau nggak diselesaikan hari itu.

"Oh, ya udah minggir, gue mau lewat." Catu menjawab santai. Menyuruh Luna untuk keluar bangku lebih dulu. Bangku mereka di pojok, jadi kalau Catu ingin keluar dari bangku, Luna harus keluar bangku dulu.

Luna berdecak. Mengabaikan ucapan Catu. Dia menutup resleting tasnya dengan santai.

"Lun, minggir, ah!"

Luna bergeming. Tetap dalam posisinya, sambil memeluk tas punggungnya. Mengabaikan Catu yang tengah menunggu dirinya keluar dari bangku.

"Ya elah, iya-iya gue antar lo pulang."

Luna tersenyum lebar. Memakai tas punggungnya dengan semangat. Dia segera keluar dari bangku lalu berjalan dengan riang. Catu yang melihat tingkah Luna hanya mampu menggelengkan kepalanya. Lalu Catu mengejar Luna yang sudah berjalan lebih dulu.

"Tapi bayar, ya, buat beli minumnya si Ipin?" Catu merangkul pundak Luna sembari menaik-turunkan alisnya.

"Ya elah, nganterin sahabat sendiri masa iya harus bayar?"

"Wo ya jelas, tidak ada yang gratis di dunia ini, Luna. Apalagi naik si Ipin yang selalu kinclong, harusnya bayarnya dobel."

Luna memutar bola matanya. "Nggak jadi. Gue naik angkot aja." Luna hendak melepaskan rangkulan Catu, tapi Catu malah semakin mempererat rangkulannya.

"Hehe, canda doang," sahut Catu sambil tersenyum lebar.

Mereka berdua langsung menuju parkiran. Parkiran sudah lumayan sepi. Tapi keberadaan empat orang cowok yang duduk di atas motor mereka masing-masing membuat Catu dan Luna menaikkan kedua alis.

"Kalian ngapain masih di parkiran? Bukannya pulang, eh, malah jadi tukang jaga parkiran." Catu melepaskan rangkulannya dari Luna, mendekati anggota DaySix yang masih nongkrong di atas motor masing-masing.

"Gue liat motor lo masih di sini, jadi ya kita semua nungguin lo," jawab Januar, sebelum tatapannya mengarah ke arah Luna, "nggak dijemput lo, Lun?" tanyanya kemudian kepada Luna.

"Uwaaoowww, kalian memang teman yang sangat perhatian...." Catu menjawab dengan tatapan terharu. Membuat anggota DaySix yang lain tersenyum bangga.

"Iya, gue nggak dijemput, jadi nebeng Catu, deh." Luna menjawab pertanyaan Januar. Yang dijawab anggukan kepala oleh Januar.

"Ya udah, yuk, cus balik!" ujar Septian.

"Yuk, berangkaaattt!!" Anggota DaySix langsung menjawab dengan nada yang biasa dipakai oleh tukang ojek yang ada di sinetron.

"Luna kalau bosen sama Catu mulu, boleh banget kok duduk di jok belakang gue.." Juni menepuk jok belakang motornya, menawari Luna untuk pulang bersamanya.

Eccedentesiast [END]Where stories live. Discover now