chapter 27

143 20 2
                                    

"You can close your eyes

to the things you don't want to see, but
you can't close your heart

to the things you don't want to feel."

Johnny Depp

~•~

Catu tidak tahu mengapa, tapi rasanya dia benar-benar ingin datang ke tempat yang tiba-tiba saja muncul di otaknya. Gedung kosong bekas pusat perbelanjaan kota yang letaknya tak jauh dari tempat tinggalnya. Gedung yang dibiarkan terbengkalai--yang dianggap menyeramkan bagi sebagian orang, dan dianggap menjadi tempat yang paling wajib dikunjungi bagi sebagian lain.

Catu teringat kata-kata yang pernah Luna ucapkan, bahwa Luna suatu saat ingin duduk di rooftop sambil menikmati indahnya pemandangan yang disuguhkan hanya saat malam hari. Dan pikiran Catu langsung mengarah ke tempat itu. Lagian, Catu juga memang ingin ke tempat itu karena untuk menenangkan diri dan menghabiskan malam tanpa tidur seperti biasanya.

Catu mengedarkan pandangannya. Bagi orang penakut, suasana di sana memang benar-benar memacu adrenalin. Apalagi ditambah dengan langit yang sekarang tampak muram. Semakin menambah nuansa mistis. Kalau orang normal, mungkin lebih memilih kembali ke rumah dan menghabiskan malam di kamar dengan bergelut dengan selimut, sekadar merenung di balik jendela kamar, atau mungkin balkon kamar. Namun, sayangnya Catu kurang normal. Jadi, sudah tahu langit tampak mendung dan pasti pemandangan kanvas langit yang bertabur bintang ditutup oleh mega hitam, tapi Catu tetap melanjutkan langkahnya untuk menapaki anak tangga agar tiba di rooftop gedung.

Berbekal dengan senter ponsel, Catu menapaki anak tangga dengan santai. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku hoodie. Sebelum benar-benar tiba di rooftop, Catu segera mematikan senter dari ponselnya. Kemudian dia menutup mata sejenak. Menghirup udara banyak-banyak, membiarkan dirinya diterpa oleh angin malam.

Bagi kebanyakan orang, malam hari itu menyeramkan. Atau, malam hari adalah waktunya untuk istirahat. Namun, kalau menurut Catu, justru sangat disayangkan kalau malam hari dihabiskan hanya untuk merasa takut, atau sekadar tertidur lelap. Karena malam itu adalah waktu di mana kedamaian ada. Waktu di mana orang-orang merenungkan sesuatu yang mereka lalui di siang harinya.

Catu membuka kedua kelopak matanya, tetapi tiba-tiba saja dia dibuat terkejut oleh keberadaan seseorang yang sekarang sedang berdiri di pinggiran rooftop. Dadanya langsung berdegup kencang, secepatnya Catu segera berlari ke arah orang itu, dan menarik orang itu ke belakang. Keduanya terjatuh. Catu merasakan nyeri di punggungnya. Ditambah lagi saat ini posisi mereka sangat-sangat ambigu.

"Luna?"

Setelah dihantam kesadaran, Catu dibuat kaget setengah mati saat menyadari bahwa seorang cewek yang baru saja dia tarik ke belakang adalah Luna, sahabat terdekatnya.

Luna tampak sama kagetnya. Dia buru-buru bangun dari posisinya lalu menatap Catu tak percaya. Dia jelas tidak salah. Suara tadi adalah suara milik Catu, meskipun pandangan matanya masih belum jelas untuk sekarang karena terhalang oleh genangan air matanya. Namun, dia benar-benar yakin bahwa orang di hadapannya adalah Catu.

"Lun!" Catu langsung berdiri mengejar Luna yang entah mengapa tiba-tiba saja berlari.

"Lepas!" Luna menghentakkan tangannya saat Catu sukses meraih pergelangan tangannya.

Eccedentesiast [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang