chapter 24

86 18 0
                                    

⚠️Warning⚠️

Part Sensitif!

Bagi yang merasa kurang baik secara mental, dianjurkan untuk melewati part ini, atau dibaca saat sudah merasa baik-baik saja. Saya sudah memperingatkan!

⚠️

Sorry can't save me now

Sorry I don't know how

Sorry there's no way out

But down

Hmm, down

Billie Eilish

~•~

Luna menatap langit malam yang tampak muram. Entah mengapa, langit seakan selalu mengerti perasaan Luna. Menggambarkan perasaan Luna yang sama muramnya dengan langit. Tapi bisa dikatakan justru lebih muram perasaan Luna saat ini dibandingkan langit malam.

Luna menghela napasnya. Menyalahkan rasa sesak yang menyeruak dalam rongga dadanya dan membuat hatinya ingin meledak saat itu juga. Angin berembus dingin. Begitu menusuk pori-pori. Namun dinginnya angin malam sama sekali tidak bisa membekukan hati Luna yang sudah telanjur hancur lebur.

Saat ini Luna tengah berada di rooftop sebuah gedung bekas pusat perbelanjaan. Sebenarnya Luna sudah berada di sini dari siang tadi. Saat mama dan kedua kakaknya sudah tidak lagi di rumah––pergi dengan urusan masing-masing. Luna segera pergi dari rumah menuju ke tempat di mana sekarang dia berada. Tempat yang sebenarnya ingin dia datangi dari dulu. Namun, dulu dia ingin datang ke sini untuk menikmati suasana malam berbintang dan berbincang-bincang dengan seseorang yang menurutnya spesial. Siapa lagi orangnya kalau bukan Catu.

Hingga sepenggal ingatan itu kembali menghampiri pikiran Luna. Membuat air mata Luna kembali menetes.

"Tutu, lo nggak pengen gitu suatu saat nongkrong di rooftop sambil menikmati pemandangan malam?"

Catu mengernyitkan keningnya, menatap Luna dengan tatapan yang tak mampu Luna artikan. Hingga akhirnya senyum menyebalkan miliknya muncul. Dan hal itu membuat Luna sedikit menyesal karena telah menanyakan hal itu kepada Catu.

"Lo mau romantis-romantisan ya sama gue? Ngaku?!"

Luna memutar bola matanya. Sudah bisa dipastikan Catu langsung besar kepala.

"Nggak jadi tanya." Luna menyahut acuh tak acuh. Namun, sebenarnya ucapan Catu memang ada benarnya. Dia ingin menghabiskan malam bersama Catu. Membicarakan sesuatu yang berarti seraya menatap pada langit malam yang bertabur bintang. Atau memandang bulan purnama yang menurut Luna merupakan suatu keindahan yang luar biasa. Karena Luna juga sesuka itu dengan bulan purnama, tepatnya itu semua karena almarhum papanya.

"Yakali kita bisa keluar malam, Lun. Bisa disembelih gue sama dua harimau peliharaan lo."

Catu benar. Tidak mungkin juga Luna bisa keluar malam-malam. Apalagi bersama Catu. Sudah jelas tidak akan diperbolehkan. Luna pamit ke supermarket yang jaraknya tak jauh dari rumahnya saja susahnya minta ampun. Apalagi untuk hal ini.

Eccedentesiast [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora