chapter 28 [FIN]

332 24 6
                                    

“And everyone is facing their own fight.”

~•~

Pagi ini adalah hari kedua pelaksanaan UAS, tapi merupakan hari pertama bagi Luna untuk melaksanakan UAS. Karena hari Senin kemarin dia masih belum bisa masuk sekolah. Yah, sudah tahu sendiri apa alasannya; karena kemarin keadaannya masih sangat tidak memungkinkan untuknya masuk ke sekolah, apalagi mengerjakan soal ulangan. Sebenarnya hari ini Luna masih dilarang masuk sekolah oleh mama dan kedua kakaknya, tapi Luna meyakinkan mereka bahwa Luna sudah cukup baik untuk sekarang.

Well, setelah kejadian di mana dia hampir menyusul ke tempat papanya berada, Catu datang dan menyelamatkannya tanpa dia duga. Dia masih ingat betul bagaimana Catu mengatakan kebenaran yang selama ini mati-matian Catu sembunyikan darinya. Ternyata hidupnya Catu selama ini tidak sesederhana kelihatannya. Hidupnya Catu penuh dengan luka, dan rasa sakit. Dan berkat Catu juga, Luna bertahan dan memikirkan semuanya matang-matang.

Hujan gerimis di malam itu tidak akan pernah Luna lupakan seumur hidupnya. Malam itu akan Luna masukkan ke dalam daftar hari yang akan selalu Luna ingat. Karena biar bagaimanapun berkat hari itu, Luna sudah tidak lagi merasa sendirian di dunia ini. Dan juga, karena Luna menyadari bahwa hadirnya Luna adalah sesuatu yang luar biasa bagi seorang Catu. Luna adalah salah satu alasan mengapa Catu bersemangat menyambut hari berikutnya. Dan untuk sekarang, Luna akan melakukan hal serupa.

“Terima kasih, karena lo sudah mau bertahan. Itu artinya, gue juga bisa bertahan lebih lama lagi karena salah satu alasan gue bertahan juga tengah mempertahankan dirinya sendiri. Itu sudah lebih dari cukup untuk gue."

Kata-kata Catu itu masih terngiang jelas. Membuat kedua sudut bibir Luna terangkat samar. Dia tidak akan merasakan perasaan semacam ini kalau saja malam itu dia benar-benar memilih untuk mengakhiri semuanya.

Juga, dia tidak akan pernah menyadari bahwa kedua kakaknya, dan juga mamanya begitu hancur atas keputusan yang hendak Luna ambil. Tangisan mamanya yang begitu menyayat hati. Lontaran-lontaran kalimat mamanya yang menyalahkan diri sendiri. Juga kedua kakaknya yang sama kacaunya dan berusaha mati-matian untuk menenangkan mamanya.

"Maafin Mama, Lun. Maafin Mama kalau selama ini Mama sudah salah dan tidak cukup bisa mengerti kamu. Seharusnya Mama tidak memaksa kamu untuk menentukan semuanya saat ini. Seharusnya Mama percaya sama kamu. Maafin Mama yang gagal menjadi mama yang baik untuk kamu."

Itu kalimat yang langsung dilontarkan oleh mamanya saat Catu membawanya pulang ke rumah. Mamanya yang terlihat sangat kacau, pun juga dengan kedua kakaknya. Om Dika juga menatapnya dengan tatapan sarat akan penyesalan. Karena mungkin Om Dika merasa bahwa hadirnya adalah salah satu penyebab Luna bisa berpikiran seperti itu.

"Maafin Kakak juga, karena selama ini Kakak terlalu sibuk dengan urusan Kakak sampai-sampai kurang perhatian sama kamu. Maafin Kakak, Lun." Kak Srean langsung mendekap Luna erat. Berkali-kali mencium puncak kepala Luna dengan perasaan bersalah yang mendalam.

Kak Pota langsung meraih Luna dalam dekapan saat Luna terlepas dari dekapan Kak Srean. Kak Pota tidak mengatakan apa-apa untuk beberapa saat. Kak Pota hanya menangis dan mengecup puncak kepala Luna berkali-kali. Hal itu membuat hati Luna hancur. Dia tidak tahu kalau ternyata mereka sehancur ini. Dia tidak pernah menyangka bahwa ternyata sesakit ini menyaksikan mereka menangis karenanya.

"Maafin Kak Pota. Kak Pota seharusnya lebih mengerti Luna. Kak Pota seharusnya bisa menjadi seseorang kakak yang baik untuk Luna. Maafin Kakak, karena Kakak tidak tahu kalau Luna tengah menahan beban berat selama ini. Maafin Kakak kalau Kakak menjadi salah satu penyebab beban yang Luna alami semakin bertambah berat. Tolong jangan tinggalin kami, Luna. Kakak tidak tahu apa yang akan Kakak lakukan kalau kamu benar-benar meninggalkan kami."

Eccedentesiast [END]Where stories live. Discover now