12. KEMBALI

2.2K 102 8
                                    

Rasa itu hadir kembali, saat kamu pergi ataupun saat kamu kembali.

Amira Raveena

Kembali memberontak, berarti siap menerima kekalahan telak.

Zendra Alaric Arsenio

Jika dulu kami selalu kalah dan mengalah. Hari ini kami bangkit untuk menang dan terus menang.

JGR & Pentolan SMA Pelita

-PREMANSEKOLAH-

     Setelah mengantarkan Mira sampai tujuan dengan selamat, Zendra dengan cepat mengendarai motornya menuju SMA Pelita. Tanpa memperdulikan pengendara lain, Zendra tetap melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Decakannya terdengar ketika lampu merah menyala di depan matanya, mau tak mau dirinya harus berhenti. Walaupun genting, gawat, darurat, Zendra tak mau mati sia-sia hanya karena sekolahnya di serang.

Tak butuh waktu lama untuk Zendra sampai di tempat tujuan. Dengan sigap dirinya turun dan berlari menuju gerbang samping sekolah, tujuannya selain lebih cepat, serta dia akan memang berdiri memang di kubunya bukan di kubu Gerald.

Matanya menajam sekilas menatap Gerald yang melawan Elang dan kawan-kawannya secara keroyokan Walaupun ini di sekolahnya, jumlah yang ikut tawuran tidak banyak, karena anggota gengnya yang memang tak banyak dan pentolan SMA Pelita yang tak gabung di gengnya pun hanya segelintir. Tanpa sengaja matanya menatap pentolan SMA Pelita ikut juga melawan, lalu kemudian matanya berlaih menatap kepala sekolah yang sibuk menelpon sambil terus mengawasi jalannya kekacauan SMA Pelita.

Zendra berlari cepat ketika Anatariksa hampir di pukul dari belakang menggunakan balok kayu, siapa lagi kalau bukan anggotanya Gerald, geng Graveksa? Zendra menahan balok kayu itu secara kuat dan bersamaan dengan itu Antariksa menyadarinya.

"Gue lagi baik hati sama lo karena lo adalah temen gue. Jangan lupakan kalo lo pernah ngehina derajat gue sebagai seorang cowok, man," ucap Zendra membuat Antariksa tersenyum tipis.

"Kurangin rasa emosional lo, gue cerdas, jangan sampai gue menjatuhkan lo bukan dengan otot melainkan otak." setelah mengatakan itu seperti lirihan, Antariksa pergi dan meninggalkan Zendra yang tersenyum tipis.

Sepeninggalan Antariksa, Gerald datang bersama balok kayunya. Senyumnya yang membuat Zendra tertantang, serta ucapan cowok itu seolah seperti ingin memberontakan sisi gelap dan kelam Zendra, "pengecut! Pengecut! Dan pengecut! Gue nggak akan pernah lupa waktu lo nangis dan ngompol di celana cuma gara-gara di buly. Lo dulu pecundang, Zendra. Pecundang."

Zendra tersenyum sinis, "makin memberontak lo makin menunjukkan kekalahan telak." Zendra menyerang Gerald dengan brutal, melupakan kalau ini kawasan sekolah bukan kawasan jalanan ataupun lapangan bendera.

Gerald yang tak mau kalah ikit juga menyerang secara membabi buta. Senyumnya mengembang kala dia berhasil menonjok tulang pipi Zendra secara kuat, "ah, masih pecundang ternyata."

"Jangan lupakan di lapangan bendera, dua tahun yang lalu, gue seimbang dengan lo dan gue berhasil ngalahin lo," ucap Zendra dengan percaya diri dan di setiap kata terdapat penekanan kalau kata-kata itu tak akan bisa di bantah.

Zendra kembali melayangkam bogeman mentah miliknya ke arah Gerald, tak sampai beberapa menit, Gerald sudah jatuh tersungkur di tanah karena bogeman dan lemparan yang Zendra berikan kepada cowok itu.

PREMAN SEKOLAHWhere stories live. Discover now