27. MASALAH

1.4K 72 4
                                    

Masalah itu ada untuk menguji mana manusia kuat dan mana manusia lemah.

Mana yang mampu bertahan dan mana yang memilih menyerah.

Jika kamu punya masalah satu jalan terbaik untukmu, selesaikanlah. Jika tidak bisa, anggap saja itu semua tidak penting.

Amira si UnKnow sekarang:)

-PREMANSEKOLAH-

Setelah kejadian kemarin Mira jadi semakin terkenal. Beritanya menjadi trending topic di atas mengalahkan berita pemberitahuan comeback grup Korea BTS atau tentang virus Corona yang tengah menjadi perbincangan hangat media belahan dunia. Tak hanya itu, berita Mira semalaman yang di sebut 'pengkhianat' juga menduduki posisi dan menjadi bahan gosip seru anak-anak SMA Pelita.

Mira menghempaskan ponselnya. Banyaknya notifikasi yang masuk membuat Mira malas membawa benda pipih berlogo apel ke gigit itu kemana-mana. Karena di dalam handphonenya hanya ada hinaan, serta teror-teror pesan dan telepon yang membuat dirinya kesal dan muak setengah mati.

Ternyata bukan hanya di dunia maya, di dalam room chat whatsapp. Bahkan saat sampai di sekolah pun, Mira masih tetap menjadi sorotan. Seolah dalam dirinya tidak boleh di lewatkan sama sekali.

Kakinya berjalan di koridor, dan seperti lagu Indonesia Raya yang mengiringi pengibaran bendera, setiap langkah Mira pasti ada saja yang membicarakannya di belakang atau kadang-kadang yang punya keberanian berbicara keras-keras di depannya.

Tapi semua itu, Mira sama sekali tidak peduli. Menyumpal satu-satu mulut yang membicarakannya terdengar mustahil, daripada memikirkan kemustahilan itu, Mira hanya diam dan tidak memasalahkan ini semua. Lagi pula uang sekolah mahal, dia juga ogah berbuat aneh-aneh hanya untuk mendapatkan ketenangan. Selama tidak memusingkan itu semua, Mira rasa akan baik-baik saja.

Saat di kelas pun, tak jauh berbeda di koridor tadi. Mira tertawa sinis dalam hati, matanya menatap kata besar yang terpanjang di dinding belakang kelas 'solidaritas super' menjijikan.

"Lo kemana aja semalaman?" tanya Kare setelah Mira sudah duduk sempurna di bangkunya.

"Masih di bumi," jawab Mira cuek.

"Gue serius, Mir!"

"Dua rius."

Kare berdecak, dia mengeluarkan buku dan membacanya singkat sebelum kembali bertanya kepada Mira, "kok lo bisa pulang sama Willi?"

"Kebetulan," jawab Mira singkat tanpa intonasi.

"Lo tau sekarang lo kena masalah?"

"Tau."

"Kalo lo tau, kenapa lo nggak bikin conferensi pers untuk menyelesaikan masalah ini?" tanya Kare, cewek itu menutup bukunya. Sepertinya obrolan lebih seru ketimbang buku pelajaran, "masalahnya bakal semakin besar. Asumsi orang-orang bakal semakin buruk tentang lo."

"Gue nggak peduli. Dan conferensi pres?" Mira tertawa kecil, seolah apa yang di katakan Kare adalah lelucon semata, "buat apa? Buang-buang waktu."

Kare mendengus. Sepertinya berbicara santai sama Mira sama sekali tidak bisa. Kadang Kare heran sama jalan pikiran Mira yang sangat sulit di tebak, Mira terlalu apatis, terlalu menutup diri. Tak hanya itu, Mira adalah orang yang punya tingkat ketidakpedulian kedua paling tinggi setelah Antariksa. Kare sama sekali tidak bisa membayangkan seandainya Mira berjodoh dengan Antariksa, selamanya dalam pernikahan yang ada cuma perang dingin.

Eh tapi, amit-amit Mira berjodoh dengan Antariksa. Yang harusnya berjodoh dengan Antariksa hanya dia, Kare seorang.

Saat Kare sibuk dengan lamunannya, guru pun datang. Mira melirik sekilas bu Naya yang ada di depan kelas. Sudut matanya melirik sekilas dua siswi di belakangnya yang sedang membicarakannya. Seolah tidak tau waktu dan tempat, ingin sekali Mira meninju dua mulut siswi itu sampai jontor. Tapi dia berusaha untuk tidak peduli. Tidak peduli.

PREMAN SEKOLAHWhere stories live. Discover now