13. SEPERTI KEHILANGAN

1.9K 99 4
                                    

Yang memang seperti ini atau mungkin aku yang sudah menaruh hati? Ini terasa berbeda.

Amira Raveena

-PREMANSEKOLAH-

   Saat ingin mengambil snack yang berada di rak paling atas, tangan lain sudah mengambilnya. Mira menoleh, matanya membelakak kaget tapi dengan cepat cewek itu menormalkan raut mukanya menjadi datar.

Tanpa mengucapkan apa-apa, cowok yang sudah membantunya itu pergi berlalu begitu saja menuju kasir. Merasa apa yang ingin ia beli sudah cukup, Mira pun ikut menuju kasir. Dia berdiri di belakang cowok itu yang sedang membeli rokok dengan jumlah yang lumayan besar.

Tiba-tiba, tangan lain merebut beberapa belanjaannya, "sekalian ini juga."

Mira diam berada di belakang. Cowok yang berada di depannya yang tak lain adalah Zendra, menurut Mira ada yang berubah. Zendra bukan seperti yang biasanya.

"Ini," ucap Zendra sambil menyodorkan belanjaanya, "udah gue bayar," ucap Zendra lagi saat tahu Mira mendekat ke arah kasir.

Tanpa berbicara sepatah kata pun, Zendra berlalu keluar minimarket. Dengan cepat Mira juga bergegas, berdiri di samping Zendra sambil memandang jalanan yang masih saja padat padahal suasana sudah mulai larut malam.

"Lo pulang sendiri?" tanya Zendra tiba-tiba.

"Ya," jawab Mira singkat.

"Pulang bareng gue," kata Zendra tak mau di bantah. Karena merasa tatapan dan mood Zendra lain, Mira mengikuti perintah cowok itu. Bukannya takut, tapi percuma menolak ataupun melawan kalau ujung-ujungnya dia pasti akan naik motor besar itu.

"Pegangan," ucap Zendra setelah Mira duduk di jok belakang dengan sempurna. Tak merasa ada yang menempel di pinggan ataupun perutnya, Zendra menatap Mira lewat kaca spion yang cewek itu juga menatapnya.

"Lo nggak pake helm, mau mati sia-sia kalo lo jatoh?" ucap sarkas Zendra dan membuat Mira terpaksa menurutinya.

Motor itu membelah jalanan kota jakarta yang lumayan padat. Tak butuh waktu lama, motor Zendra sudah berada di depan rumah Mira. Cewek itu turun dan hendak masuk, tapi dengan cepat Zendra menahannya.

"Kali ini, untuk kali ini, ayo habiskan malam bareng gue," cegah Zendra supaya Mira tak masuk ke dalam rumahnya.

Mira diam di tempat, tak membutuhkan waktu lama akhirnya dia berbalik. Menatap Zendra dengan pandangan datar, setelah kejadian pagi yang lalu, suasana jadi begitu tak mengenakan untuk di rasakan. Seperti Zendra bukan Zendra yang Mira kenal.

"Di taman atau disini?" ucap Zendra memberi penawaran.

"Disini," jawab Mira singkat.

Mira berdiri di samping Zendra yang juga berdiri di sampingnya sambil bersandar di motor besar cowok itu. Mereka sama-sama menatap bulan yang menjadi objek penglihatan malam yang sering dilihat setelah matahari pergi untuk menyinari belahan bumi yang lain.

Suasana terasa begitu canggung, terlebih lagi tak ada topik pembicaraan yang terjadi di antara Mira ataupun Zendra. Mereka bungkam diantara angin yang berhembus kuat dan bulan yang menyinari bumi dengan terang.

"Gue untuk beberapa hari kedepan nggak bakal bisa berangkat bareng lo dan ngejaga lo dari dekat lagi." ucapan Zendra membuat Mira menoleh dengan cepat.

"Lo seneng kan?"

Mira bungkam. Kenapa mendadak?

"Tapi gue jadi khawatir, lo bakal baik-baik aja kan kalo nggak ada gue?'' tanya Zendra memastikan.

Mira tersenyum tipis, "ya. Gue bukan cewek lemah yang nggak bisa jaga diri."

Kepala Zendra menggangguk mengerti. Mira tak selemah itu, dia tak perlu khawatir kalau Gefron, Gerald, ataupun yang lain menyakiti cewek di sampingnya itu. Cewek itu kuat.

Zendra menatap Mira dalam sambil tersenyum tipis, "kalo lo kenapa-napa jangan sungkan hubungin gue. Karena gue masih punya tanggung jawab untuk ngejagain lo."

Mira mengganggukkan kepalanya.

"Lo tau kan kalo gue di tuntut di kantor polisi karena keributan serta beberapa pelanggaran?" tanya Zenra kepada Mira.

"Ya, lo di penjara, tapi bebas. Padahal gue berharap lo seumur hidup aja di dalam jeruji besi," ucap Mira sarkas.

"Berarti lo seneng kalo gue nggak akan berada di dekat lo untuk beberapa hari ini?"

Kepala Mira menggangguk, "ya, gue senang. Kalo bisa untuk selamanya."

Senyum Zendra mengembang, tanpa membalas cowok itu menatap depan lagi dan membuat suasana bungkam seribu bahasa.

Setelah cukup lama mereka berada di suasana tanpa pembicaraan ini, Zendra berucap dan membuat fokus Mira teralih kembali ke arah Zendra, " gue pulang dulu," pamit Zendra sambil memasukkan kunci motornya.

"Kenapa tiba-tiba?"

Zendra menoleh, "pulangnya? Lo berharap gue lebih lama disini?"

"Kenapa tiba-tiba lo jadi seperti ini? Kenapa tiba-tiba lo baru berucap seperti ini kepada gue?" tanya Mira bertubi-tubi.

"Lo nggak seneng?" balas Zendra.

Mira diam sebentar, lalu dengan gelengan kepala sudah membuat jawaban yang jelas dan pasti, "gue pulang dulu. Gue buru-buru." tanpa mendengar lagi ucapan Mira, Zendra menjalankan motornya menjauhi Mira yang masih menatapnya dari belakang.

Mira mengalihkan tatapannya kearah kantong belanjaan yang penuh dengan makanan dan minuman yang sudah ia beli di minimarket tadi. Tapi benda yang lain membuat fokusnya terpaku.

Sebuah ikat rambut warna bitru tua yang sangat elegan dilihat. Tatapan Mira kembali menatap jalanan yang tadi dilewati Zendra.

Merasa dirinya ada yang berbeda, Mira dengan cepat menyadarkan dirinya, "harusnya lo senang, Mir. Lo nggak akan berurusan lagi dengan Zendra. Kenapa lo kayak gini?"

Di genggam erat ikat rambut berada di tangannya sambil terus menanyakan apa penyebab dari Zendra berubah seperti tadi. Tapi di sisi lain Mira senang, ini pasti jadi hari terbaiknya. Ternyata setelah di jalani, mungkin semuanya akan terasa berat, seperti ada sosok lain yang hilang atau mungkin tak akan kembali lagi.

-PREMANSEKOLAH-

Pendek? Maaf banget, cuma ini aja yang bisa di update. Masih ada yang nungguin? Kalau masih ada, part berikutnya bakal cepat di update. Insyaallah di usahain!

Jangan lupa vote and komennya. Biar semangat gitu kalo update.

ThankYou:*

Sweet love,

Erisha

PREMAN SEKOLAHWhere stories live. Discover now