18. SANG PETARUNG

1.8K 72 4
                                    

Karena menang lo bakal jadi segalanya. Karena menang lo tak lagi akan di pandang sebelah mata. Jadi kalo lo kalah, itu mungkin kemampuan lo yang perlu di pertanyakan.

-Zendra yang sedang latihan tinju-

-PREMANSEKOLAH-

     Zendra terus memukul samsak yang berada di hadapannya secara membabi buta. Setelah mengambil napas kecil-kecil, cowok itu kadang mencapur semua pukulan dan memodifikasi sendiri. Mulai dari jab, straight, upper cut, dan hook.

Sedangkan di sisi lain, cowok berkacamata hitam itu duduk sambil menghadap Zendra dengan raut tajam dan datar. Pandangannya buyar ketika seseorang masuk ke dalam kamp latihan Zendra dan berlari kecil ke arahnya.

"Ada telepon bos," bisiknya pelan takut menganggu konsentrasi Zendra.

"Mana?" minta cowok berkacamata hitam itu. Padangannya mengerut ketika mendapat nama yang sangat familiar di matanya, bukannya menjawab justru cowok berkacamata hitam itu memberi lagi kepada cowok yang memberinya telepon.

"Kasih Zendra," titah cowok berkacamata hitam tanpa mau di bantah.

Cowok yang bernama Adi itu mengangguk pelan. Namun langkahnya sangat hati-hati ketika mendekat ke arah Zendra, karena kalau menganggu latihan Zendra sama saja dengan cari mati sama tuh cowok. Bukan tanpa alasan Adi berpikiran seperti itu, tetapi ini bukan yang pertama baginya dan kejadian waktu itu menjadi ketakutannya ketika bertemu Zendra.

"Maaf ada telepon..."

Zendra menghentikan aksi pukulannya. Cowok itu menatap Adi dengan pandangan tajam seolah meminta penjelasan. Kehadiran Adi tadi sudah di rasakan oleh Zendra, tapi Zendra bersikap acuh tak acuh. Sikap acuh tak acuh itu hilang seketika karena tiba-tiba cowok berkacamata hitam itu menyuruh Adi untuk memberinya telepon.

"Telepon dari siapa?"

"Dari mama lo." bukan Adi yang menjawab, tetapi cowok berkacamata hitam sambil menaruh tangannya pada sandaran samping kanan sofa.

Dengan cepat Zendra mengangkat panggilan itu tapi suara cowok berkacamata hitam itu menghentikannya, "kenapa?"

"Ingat janji lo sama gue?" tanya cowok berkacamata hitam itu dan membuat Zendra mendengus sebal.

Tanpa mau mendengar lagi ucapan cowok berkacamata hitam itu, Zendra mengangkat panggilan itu dan suara pertama yang ia dapat membuat rasa rindu yang terkubur dalam pusat tubuhbya tiba-tiba keluar dan membuat rasa sesak yang tidak tertahankan.

"Zendra. Kamu disitu, nak?" tanya suara yang berada di sebrang sana.

Zendra mengepalkan tangannya kuat ketika suara itu semakin membuat luka tak kasat mata nelebar, "iya mah." hanya dua kata itu yang Zendra bisa menjawab pertanyaan mamanya.

"Kamu kapan pulang, sayang? Mama rindu," isak mamanya disebrang sana.

"Sebentar lagi." luka itu semakin melebar karena bukan pertanyaan kasih sayang yang Zendra dapat tetapi pertanyaan menyakitkan. Baginya ataupun mamanya.

"Zeira katanya kangen sama kamu. Mama samperin kamu, ya? Mama rindu, Zendra." suara mamanya meninggi ketika kata rindu dan nama Zendra terucapkan.

PREMAN SEKOLAHWhere stories live. Discover now