26. KHAWATIR

1.5K 79 4
                                    

    Tau rasanya khawatir yang berlebihan, nyaris hampir mati. Dan lo? Gue nggak nyangka!

Zendra

-PREMANSEKOLAH-

     Motor Zendra membelah jalanan kota jakarta yang sedang ramai. Matanya menatap jeli setiap sudut kota, barangkali cewek yang sedang di cari ketemu. Tapi sampai sejauh apapun dia berjalan, sekencang apapun motornya melaju, sejeli apapun matanya melihat setiap jalanan yang ia lewati, Zendra tak kunjung menemukan Mira.

Seolah cewek itu hilang di telan bumi, dan lebur bersama angin malam yang terasa sangat dingin malam ini.

Zendra sudah menyuruh beberapa anggotanya untuk mencari Mira. Mereka berpencar, tapi hanya Zendra yang sendiri mencari Mira. Ini di karenakan Zendra membawa motor dengan sangat kencang sampai anggotanya di belakang tak bisa menyeimbangi.

Motor Zendra berhenti mendadak. Cowok itu turun dari motornya dan langsung berlari menuju seorang cewek yang sedang berjalan menuju minimarket. Tanpa permisi, tanpa berucap apapun, Zendra membalikkan cewek itu. Harapan yang harusnya terwujud, sirna begitu saja. Cewek itu bukan Mira.

Tanpa minta maaf, Zendra kembali ke motornya dan menjalan kawasaki ninja itu membelah lagi jalanan kota jakarta. Handphonenya bergetar, niat Zendra tidak ingin menjawab takutnya penting akhirnya Zendra memilih menepi dan menjawab telepon itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Lo lupa?"

Zendra menurunkan ponsel dari telinganya dan berdecak saat tau siapa yang menelponnya.

"Nggak."

"Trus? Gue udah nungguin nih dari tadi, ampe lumutan kaki gue. Dia juga marah-marah terus, heran gue. Cepetan kesini, gue tunggu."

Cowok penelpon itu mematikan teleponnya sepihak membuat Zendra berdecak kesal. Walaupun cowok yang bernama Gara itu menunggunya, sampai Mira tidak ketemu Zendra tidak akan kesana. Baginya, Mira masih lebih penting ketimbang latihan tinju.

-PREMANSEKOLAH-

Zendra menepikan motornya dan langsung turun saat melihat anggota dan teman-temannya berkumpul, "gimana?" tanyanya to the point.

"Sorry, Zen. Kita nggak bisa nemuin Mir..."

Bugh!

"Gimana nggak bisa?! Lo dari tadi ngapain aja, hah?!" teriak Zendra kalap.

Azka menarik Zendra ke belakang, berusaha menjauhi cowok itu dari Genjo yang sudah meringis kesakitan. Memang pukulan Zendra bukanlah pukulan main-main, sepertinya cowok itu meluapkan amarahnya lewat pukulan yang di berikan kepada anggotanya itu.

"Santai dulu, Zen. Lo boleh marah, tapi jangan lampiasinnya ke kita. Lo kira kita samsak apa?!" sewot Ghaksan di belakang Antariksa yang sedang menatap Zendra tajam.

"Bacot lo!" bentak Zendra ke Ghaksan. Cowok itu tersentak sebelum kemudian menghilang sempurna di belakang tubuh Antariksa. Zendra membalas tatapan tajam Antariksa tanpa takut, "kenapa? Salah lagi gue?"

Antariksa diam. Semuanya hening.

"Lo mau ngomong apa lagi? Mau ceramah apa lagi? Kalo lo nggak bisa bantu gue, nggak usah banyak bacot. Gue nggak minat baku pukul sama lo," tekan Zendra di depan Antariksa sebelum Zendra kembali pergi.

PREMAN SEKOLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang