Bagian 17

3K 315 13
                                    

Hai....hola...Mimi datang loh,...eheheheheheheh

Langsung aja lah....tapi jangan lupa.. voment nya plis.....

*****

"Hiks...hiks..hiks..." Jimin masih betah menangis. Saat ini ia sedang berada didalam ruang kesehatan. Bersama dengan tiga guru yeoja dan satu namja yang lagi di bersihkan luka ditangannya dan juga di pinggir bibirnya.

"Bisa berhenti menangis gak sih...??? Aku capek dengarnya.." ujar namja itu. Dan Jimin bukannya berhenti menangis. Malah terlihat kembali mewek.

"Hiks..hiks...Huaaaaa.....itu karena Sunbae ..hiks..hiks...huaaa...Sunbae pabbo...huaaaa......Huaaaaa" Jungkook tak bisa berkata apapun. Dirinya bingung. Kenapa pula Jimin bantet ini malah menangisinya seperti menangisi kekasih yang baru selesai berkelahi saja.

"Jimin haksaeng...bisa diam gak??? Aku semakin yakin kau ini kayanya operasi gender deh...namja kok cengeng.." perkataan Yoongi berhasil membuat Jimin untuk berusaha berhenti menangis. Dia lupa, kalau dia ada disekolah namja.

Jimin juga bingung kenapa dia harus menangisi Jungkook yang jelas-jelas yang menjadi pemukul, dia seakan takut kalau sampai Jungkook terkena masalah. Kayanya otaknya sudah mulai korslet.

"Kenapa kau sampai melakukan hal sekejam itu. Bahkan saat Hoseok sudah tak sadarkan diri..." Baekhyun menatap sahabat sang adik.

"Dia menghancurkan masa depan yeoja yang aku cintai..noon. Harusnya dia aku bunuh saja..." Kata Jungkook dengan tatapan masih terlihat marah. Jantung Jimin seakan diremas. Ia merasakan sakit. Tapi tak tau sakit karena apa. Sakit karena perkataannya yang membenarkan kalau Hoseok menghancurkan masa depan sang kakak. Atau sakit karena yang lain.

"Aku akan buat perhitungan dengannya...aku akan menghancurkan dirinya seperti dia menghancurkan chaeryoung.." tatapan mata Jungkook membuat air mata Jimin kembali mengalir. Dirinya lebih memilih memeluk seokjin dan mendapatkan tatapan aneh dari namja jeon tersebut.

"Jimin sudah aku anggap seperti adikku. Dan dia juga menerima aku sebagai Noonanya. Kau jangan heran kalau dia bermanja seperti ini padaku, Jeon haksaeng" ucap seokjin saat tatapan mata Jungkook menatap dirinya lekat.

"Besok, orang tuamu akan dipanggil ke sekolah. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatan mu. Karena orang tua Hoseok tak terima...kook" satu suara mengalihkan tatapan Jungkook pada Jimin.

Taehyung masuk dengan Mingyu dan Namjoon. Ketiganya menatap Jungkook dengan tatapan khawatir.

"Dan karena masalah ini, semua rencana untuk ulangtahun sekolah dibatalkan. Para yeoja diantar kembali ke sekolah dan asrama mereka. Tn. Jeon marah besar pada mu, kook...." Ujar Taehyung lagi.

Jungkook hanya bisa menghela nafas lelah. Dirinya belum siap bertemu dengan sang ayah. Yang tatapan intimidasi nya bisa membuat siapapun akan takut padanya.

"Hah .. sudahlah, kau istirahat lah. Dan jangan coba-coba untuk lari. Kau pastinya kenal dengan ayahmu sendiri" ujar yoongi.

Jungkook berjalan meninggalkan ruang kesehatan. Tapi saat ia mencapai pintu. Manik bambinya menatap Jimin lekat. Seakan tak ingin jauh dari si bantet manis tersebut.

Setelah Jungkook menghilang dari ruang kesehatan. Taehyung menatap Jimin yang masih dipeluk seokjin erat.

"Adek...adek kenapa??? Adek dipukul juga ya sama Jungkook???" Tanya Taehyung pelan dan sedikit bingung. Kenapa Jimin lebih dekat pada tiga guru yeoja ini. Gelengan Jimin membuat Taehyung sedikit lega.

"Terus, kenapa masih betah memeluk jinie seam.?????" Kali ini namja Kim lainnya yang bertanya.

"Kenapa kau sensi...Joon??? Ada masalah??? Maklum aja dong. Jimin itu memang menggemaskan. Berasa harus dilindungi. Gak pandang yeoja juga namja..." Ujar Mingyu.

na...park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang