EPISODE IV - PENCULIKAN

2K 183 21
                                    

_____

Di lakukan secara diam-diam. Menyergap tanpa celah. Lalu ambil dan bawa. Pergi dari tempat yang tadi di tempatinya.
_____

Tengah malam yang sunyi kembali menghantui sosok bocah kecil yang tengah tertidur di kamar nomor 1990. Kepalanya bergerak gelisah. Kedua tangan yang mengepal erat di kedua sisinya. Serta gertakan tubuh yang mengejang dengan mata terbuka lebar sambil melotot.

"Kakek." Lirih Benua kecil.

Justyn yang memang di tugaskan merawat Benua pun terbangun dari tidurnya. Melihat Benua yang sepertinya tidak terkontrol membuat Justyn langsung berlari ke arahnya  dan menekan tombol merah guna meminta pertolongan dokter.

Tidak menunggu waktu lama kemudian dokter Rere sampai dengan tiga suster di belakangnya.

"Apa yang terjadi padanya?" Tanya dokter Rere pada Justyn.

Justyn mengangkat alisnya bingung. Pasalnya tadi dia tertidur dan tidak sengaja terbangun.

"Aku tidak tahu."

"Tolong Anda keluar sebentar. Aku akan menangani pasien."

Justyn mengerti dan memutuskan untuk pergi ke luar kamar setelah mendengar perintah dari dokter Rere.

Justyn berjalan dengan pikirannya yang berantakan. Justyn juga merasa khawatir dengan Benua. Justyn tidak bisa berpikir dengan benar sehingga dia meminta Lavina untuk datang ke rumah sakit sekarang.

"Dasar bodoh, kau tahu ini jam berapa?" Suara keras dari seberang ponsel.

"Keadaan tuan muda Benua kritis."

Justyn memilih untuk menutup sambungan ponselnya. Merasa kalau Lavina datang hanya akan merusak suasana saja. Tapi jika tidak ada Lavina di sisinya, dia merasa akan sangat khawatir dengan keadaan Benua. Tidak mungkin Justyn yang menjaganya sendirian. Meskipun tadi Lavina benar-benar membawakan di rinya makanan.

Pintu kamar 1990 yang tertutup kini terbuka dari dalam.

"Keadaan pasien semakin memburuk. Jika pasien bisa melalui tiga puluh menit ini dengan baik maka dia sudah di pastikan tidak lagi kritis. Kita berdoa bersama untuk kesembuhannya." Pungkas dokter Rere yang terlihat lelah.

"Terima kasih, dok."

Setelah memastikan bahwa pasiennya baik-baik saja. Dokter Rere langsung meninggalkan kamar nomor 1990.

Justyn masih terlihat tidak mau masuk ke dalam. Tapi apa dayanya jika dia hanya duduk-duduk di luar.

Justyn memantapkan hatinya untuk masuk. Dapat di lihatnya Benua yang sudah terpejam kembali. Melihat itu Justyn merasa tenang.

"Aku harap kau selalu baik tuan muda Benua."

Justyn duduk kembali di sofa yang tadi di tidurinya. Menunggu Lavina datang.

Tidak lama waktu berselang. Pintu itu kembali terbuka. Bukan menampilkan sosok yang di tunggu. Tapi untuk sosok yang juga harus di waspadainya.

"Tuan muda Samudra?"

Justyn memastikan bahwa yang dia lihat sekarang benar-benar cucu sulung Nicander.

"Diam dan tidak usah banyak bicara."

Jawaban yang Justyn dapatkan membuatnya terdiam. Samudra sangat mirip dengan tuan besar Nicander. Tegas dan berwibawa.

Samudra berjalan mendekati Benua. Samudra menatap Benua dengan sirat benci dan juga sayang. Tangannya tampak lembut membelai wajah penuh luka milik Benua.

BENUAWhere stories live. Discover now