EPISODE XIV - MEMBUNUH

959 87 3
                                    

Perbuatan keji untuk memuaskan nafsu belaka. Sekadar membuat hati merasa lega karena perasaan yang puas. Tapi, itu hanya akan bertahan sebentar. Karena setelahnya bencana besar akan datang ketika semuanya terungkap.

El memperhatikan jam dinding yang ada di ruangannya. Sekitar lima menit lagi dia akan menjalankan misi rahasia bersama Bos Besar dan juga Kena. El merapikan kaus oblongnya yang sedikit keluar dari celana jeans yang dia pakai. Memasang jaket kulit berwarna senada untuk melindungi tubuhnya dari angin malam.

Perhatian El teralih pada ponselnya yang bergetar. Sebuah pesan baru saja terkirim ke nomornya. El memeriksa ponselnya dan melihat siapa pengirim pesan. El memperhatikan isi pesan dari Kena. Bibirnya melengkung indah ke atas membaca deretan kata yang berbentuk rapi.

El menutup ponselnya tanpa membalas pesan dari Kena. Meraih kunci mobilnya yang tergantung di lemari. Lalu pergi keluar dengan langkah besar.

El memperlambat laju kakinya saat sudah sampai di tempat yang dia tuju. Di sana sudah berdiri Bos Besar dengan kacamata hitam besarnya beserta Kena yang duduk di kursi panjang dengan topi kupluknya. Semuanya menggunakan warna hitam. Sama seperti dirinya.

"Mengapa tidak membalas pesanku?" Tanya Kena dengan kepala mendongak ketika El sudah berada didepannya.

El menundukkan kepalanya untuk bisa menatap Kena, "Aku sudah sampai."

"Ku kira kau tidak akan datang." Ucap Kena kesal.

El mengabaikan ucapan Kena. Memilih berjalan ke arah Bos Besar. Melihat El yang menuju ke arahnya. Bos Besar segera meletakkan Ipad yang dipeganggangnya ke dalam laci meja.

"Apa semuanya sudah siap, El?"

El membungkukkan tubuhnya seperti biasa, "Sesuai dengan yang Anda pinta."

Bos Besar tersenyum. Satu tangannya memegang pundak kanan El, "Aku tidak salah mempercayakan semuanya kepadamu."

El menganggukkan kepalanya, "Terima kasih."

Lalu Bos Besar merangkul El. Matanya memberi kode kepada Kena yang terus memperhatikan prilakunya dengan El untuk mengikutinya.

"Mereka memang kompak." Lirih Kena sambil berdiri dari tempat duduknya. Mengikuti langkah El dan Bos Besar yang mengarah ke lantai atas.

Mereka bertiga berjalan bersama. Menuju lantai teratas yang dimiliki mansion tersembunyi di balik lebatnya hutan belantara. Masing-masing memegang revolver berkekuatan hebat. Mansion itu memang sedang dalam kondisi sepi. Suatu keajaiban karena hanya Eksekutif Dua yang belum mengkonfirmasi tugas mafianya. Beda dengan yang lain yang sudah mengkonfirmasi tugas mereka dari Dewan Kepala. Seperti Eksekutif Satu yang sedang melaksanakan dinas kerjanya di perbatasan Lampung dan Jakarta untuk memasukkan narkoba melalui perairan Bakeuheuni. Eksekutif Tiga yang sedang menangani kasus penjualan barang illegal di Dubai. Eksekutif Empat yang sedang melaksanakan perkerjaan dengan mafia kelas amatir di daerah Slipi. Dan, Eksekutif Lima yang sedang mengurus data-data pemasukan uang yang baru saja masuk ke dalam kas Black Rose Mafia. Semua ketua Eksekutif membawa rombongannya sendiri. Hal itu mengakibatkan mansion dalam keadaan yang sangat hening. Kondisi inilah yang bisa membuat musuh masuk tanpa harus melumpuhkan banyak jajaran Eksekutif yang handal dalam perkelahian jarak dekat maupun jauh. Mansion ini memang sengaja tidak memiliki penjaga. Karena tempatnya yang tersembunyi jauh dari keramaian kota. Keadaan ini merupakan keberuntungan yang bagus jika misi rahasia yang sedang dilakukan oleh Bos Besar, El dan juga Kena berhasil malam ini.

Bos Besar menatap kebelakang. Melihat Kena yang juga menatapnya, "Kena, tugasmu hanya mengambil alih CCTV yang ada diseluruh mansion ini. Lakukan dengan hati-hati dan tepat. Jangan sampai ada yang kau lewatkan." Ujar Bos Besar serius, "Jika kau salah sedikit, kita bisa mati bersama. Dan misi malam ini hanya akan menjadi sia-sia." Lanjutnya dengan mata tanpa berkedip.

BENUAWhere stories live. Discover now