EPISODE XVII - CINTA

795 83 5
                                    

Semulanya hanya suka. Lama-lama jadi mengagumi. Hinga akhirnya memutuskan untuk mencintai. Asalnya dari sang pemilik cinta. Sesuatu yang abadi dan murni. Terjalin begitu indah melalui keromantisan yang tercipta. Begitulah cinta, bisa membuat bahagia, sedih, haru, dan kecewa di saat yang berbeda.

Cinta itu menyatukan dua hati. Saling mengisi satu sama lain. Dengan begitu kehidupan akan berjalan baik. Awal yang sudah terjalin sempurna, belum tentu berakhir sama. Cinta abadi, milik dua insan yang hubungannya memang sudah ditakdirkan bersama. Walaupun di tengah-tengah menjalani akan ada rintangan yang terus mengikuti. Sebab keputusan selalu menjadi pengiring langkah disetiap jalanan yang ditapak.

Lantas apa yang sedang terjadi pada sosok perempuan kecil di depan pagar sekolah tingkat atas itu. Sendiri tanpa teman. Padahal suasana didekatnya begitu ramai. Hingga suara melengking kadang memekakkan telinga saking ributnya.

Asia diam menunggu. Dengan sabar melihat jam tangan yang telah lebih 15 menit dari waktu biasanya sang kakek menjemputnya. Asia menundukan pandangannya ketika seorang laki-laki dewasa yang tidak dikenalnya mendekat padanya. Kedua kaki Asia yang masih berdiri tegak hampir kesemutan jika tidak bergeser ke kiri demi tidak menghalangi orang lain dari jalan mereka. Asia kembali menegakkan pandangan matanya. Melihat sebuah banguan minimalis di seberang jalan. Itu adalah halte tempat biasa anak-anak seusianya menunggu jemputan pulang.

Asia tidak terbiasa menjalani hubungan dengan orang lain. Apalagi dengan orang asing yang sama sekali belum dikenalnya. Meskipun begitu, Asia memiliki satu teman laki-laki yang sangat baik padanya. Seseorang yang mampu membuat dirinya melupakan masalah Benua adiknya untuk sesaat. Menghiburnya disaat semua orang heboh membuat artikel yang tidak-tidak tentang adik bungsunya. Sungguh Asia bersyukur mempunyai teman seperti teman baiknya itu.

Lihat saja sekarang, wajah Asia yang putih kemerah-merahan tampak bercahaya terkena pias cahaya sang kelana. Memancarkan sebuah isyarat yang begitu bisa ditebak dengan mudah. Asia sedang bahagia. Menyambut laki-laki yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Itu bukanlah jemputan supir keluarga Nicander ataupun kakeknya. Melainkan sosok teman laki-laki yang baru saja diingatnya beberapa saat lalu.

Laki-laki itu sudah berada di hadapan Asia. Dengan senyum semanis gula yang mampu membuat para wanita meloncat girang. Namanya Rigel Rockfeller. Rigel merupakan anak tunggal dari pasangan Orion Rockfeller dan Shimran Khana. Iya, Rigel blasteran Amerika-India. Tubuhnya tinggi, kulitnya bersih, wajahnya juga tampan. Banyak yang menyukai Rigel di sekolah. Tidak terkecuali Asia.

"Asia." Sapa Rigel. Nafasnya berantakan karena berjalan terlalu cepat.

Asia tersenyum pada Rigel.

"Kenapa berlari?" Tanya Asia.

Dengan senyum yang masih melekat Rigel tertawa, "Ingin cepat sampai di depan bidadari dunia."

Seketika rona merah menghiasi kedua belah pipi Asia, "Sepertinya sesuatu telah membuat pengelihatanmu menjadi buram, Rigel?"

"Iya, ada seseorang yang melemparkan pasir di wajahku. Mungkinkah kau berfikir jika ada sisa dari pasir itu masuk ke dalam mataku, Asia?" Kata Rigel sambil melebarkan kedua matanya menggunakan tangan. Hingga tampak bagian bola matanya yang berwarna coklat gelap.

Asia merubah raut wajahnya terkejut, "Benarkah ada yang berbuat seperti itu padamu?"

Rigel menyakinkan Asia dengan melepaskan jaket kulit yang dikenakannya. Di jaket itu masih ada sisa pasir yang jatuh.

"Apa ini cukup untuk membuktikan bahwa aku tidak berbohong dan berkata jujur?"

Asia diam memperhatikan jaket yang dipenuhi beberapa pasir, "Sesungguhnya aku selalu percaya padamu."

BENUAWhere stories live. Discover now