EPISODE XIII - DIANGGAP

900 94 9
                                    

_____

Menyadari kehadiranmu disisinya. Mengakui dirimu ada bersamanya. Mengerti dirimu apa adanya. Cukup untuk membuktikan bahwa dirimu dianggap ada oleh dirinya.

_____

Mansion di tengah hutan belantara adalah hal yang tidak umum. Jauh dari hiruk pikuk kehidupan sosial diluar sana. Tapi, hal itu menjadi wajar ketika pemilik Mansion itu adalah orang yang paling berpengaruh dalam dunia kelam yang selama ini ditakuti banyak orang. Tidak heran mengetahui bahwa markas mereka jauh dari jangkauan dunia luar, karena tindakan penjualan organ tubuh, penyelundupan senjata, memasukkan narkoba ke dalam negeri adalah sesuatu yang dilarang. Sanksinya bahkan sangat berat.

Bangunan mewah bak istana megah itu memiliki tujuh lantai. Gerbangnya begitu tinggi. Sulit untuk melihatnya ketika berada di luar batas gerbang utama. Tujuh tiang-tiang penyangga yang berada di depan bangunan itu menjadi sesuatu yang unik jika dilihat. Dengan corak romawi kuno dan warna cream yang bersatu padu. Ilalang setinggi pinggang manusia yang tertata rapi di sekitar pinggiran tembok. Rumput hidup menjalar di sekitar dinding. Atap hitam yang masih bertahan. Ubin dark brown yang terlihat mengkilap. Pintu lebar nan tinggi menjulang. Adalah pemandangan pertama saat memandang bangunan mewah itu. Betapa indahnya jika mansion itu dirawat lebih baik lagi.

Samuel Elbarack adalah kaki tangan dari Bos Besar atau yang akrab dipanggil dengan nama tuan Eksekutif Dua. Bersandar pada Lamborgini Veneno dengan kaki bersila. Kepalanya mengadah menatap langit cerah yang tadi malam baru ditimpa hujan. Menunggu kehadiran seseorang yang sangat penting dalam kehidupannya. Dia, Kenaria Laxandra. Orang yang beberapa saat lalu bertemu dengan tuan Eksekutif Dua. Baru saja keluar dari balik pintu mansion. Berpakaian seperti pelayan wanita tua yang perlu dikasihani. Kaca mata setengah bulan yang nampak mengganggu pengelihatan matanya. Apalagi dengan wik putih yang menyerupai uban. Sangat sempurna bagi orang yang sedang menyamar untuk tugas rahasianya.

"Untuk apa menungguku?" Kena bertanya sambil melepaskan kacamata dan wik dari kepalanya.

"Apa aku tidak boleh menunggu kekasihku?" El bertanya balik.

Kena yang sedang merapikan rambutnya pun menoleh pada El yang sedang tersenyum padanya.

"Aku heran. Mengapa harus aku yang melakukan itu. Padahal kau bisa saja melakukannya." Ujar Kena mengungkapkan keheranannya atas tugas rahasia yang sedang dia emban sekarang.

"Aku juga heran."

Kena memiringkan kepalanya ke kiri, "Apa kau berpikir sama denganku?"

"Tidak."

"Lalu apa maksudmu tadi? Kau mengejekku ya?" Kena bertanya dengan nada ketus.

"Kau selalu saja mengalihkan pembicaraan. Aku tidak menyukai sifatmu itu."

Kena menatap El tidak suka. Kedua alisnya menekuk ke bawah, "Karena kau memanggilku dengan sebutan kekasih. Aku bahkan belum menjawabnya. Aku rasa, aku akan menolakmu."

El menghela nafasnya sebentar, "Apa ada yang salah denganku? Aku sangat mencintaimu."

"Bukankah cinta tidak harus memiliki. Kau bisa mencintaiku tanpa harus menjadikan aku milikmu. Aku tidak suka hubungan terikat. Aku suka kebebasan." Pungkas Kena.

"Apa aku baru saja ditolak?" Tanya El memelas.

"Apa ada yang salah dengan otakmu?"

"Aku akan menunggumu sampai kau siap untuk kujadikan milikku."

"Kenapa kau sangat agresif sekali?" Heran Kena melihat tingkah El yang terkesan memaksanya.

BENUAWhere stories live. Discover now