EPISODE XXIV - PERASAAN

615 68 10
                                    


Biarpun sulit untuk percaya. Kenyataannya memang seperti itu. Rasa bingung telah melanda hati hingga merasa tersakiti. Merasuki jiwa kosong dengan perasaan aneh.

Samudra mengemudikan Bugatti Veyronnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sayup-sayup suara gemuruh dan petir terdengar saling membalas. Malam sudah berganti hari. Hujan semakin menderas. Jalanan begitu licin karena basah oleh air. Samudra tidak memperdulikannya. Terus menancap gas sembari meremat stir. Matanya sesekali melirik kursi bagian belakangnya. Samudra sungguh mencemaskan keadaan Benua saat ini. Kena yang turut menjaga Benua juga terlihat mengkhawatirkan kondisi Benua yang panasnya semakin tinggi.

"Sam, kita akan kemana?" Kena bertanya.

"Ke apartemen ku." Jawab Samudra singkat.

Hening menyelimuti mereka. Lampu penerang yang terpasang disepanjang jalan menuntun keluar dari kegelapan. Rumput yang ada di pinggiran tampak bergerak terkena haluan udara.

"Kita akan segera sampai." Ujar Samudra sambil menurunkan rata-rata kecepatan mobilnya.

Kena hanya mengangguk. Matanya tidak bisa beralih menatap wajah Benua yang begitu dekat dengannya. Padahal beberapa saat yang lalu baru saja Kena menyuapi Benua bubur. Mengobrol bersamanya. Tapi, sekarang Benua harus jatuh tidak sadarkan tepat dihadapannya.

Mobil yang dikendari Samudra berhenti di depan sebuah gedung bertingkat. Samudra melepaskan seatbeltnya. Keluar dari pintu mobil. Lalu membuka pintu mobil belakang. Mengambil alih Benua yang tidur dipangkuan Kena. Menggendongnya masuk ke dalam gedung bertingkat. Kena mengikuti dari belakang. Matanya yang berkaca-kaca dia tutup-tutupi dengan tangan. Jangan sampai Samudra melihatnya menangis. Itu akan membuat Samudra samakin tersakiti nantinya.

Tidak banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar gedung. Mungkin karena hari yang telah menginjak tengah malam. Hanya satpam dan resepsionis gedung yang masih berkerja saat ini.

Samudra mengajak Kena menaiki sebuah lift.

"Lantai 17, Kena."

Kena mengerti maksud Samudra. Tangannya menekan angka 17. Lalu, lift mulai berjalan naik.

"Kakak mohon bertahanlah sedikit lagi." Bisik Samudra di dekat telinga Benua.

Kena yang mendengar suara bisikan Samudra hanya bisa diam. Membiarkan Samudra berbicara dengan Benua. Walaupun Benua tidak akan menjawab ucapan Samudra.

Bunyi lift terdengar. Samudra mengeratkan kembali Benua dalam dekapannya.

"Ayo keluar, Kena." Ajak Samudra.

Mereka bertiga keluar dari lift. Berjalan mencari kamar nomor 2002.

"Ini kamarnya. Tolong ambilkan kartu masuk di dalam dompetku. Di kantong celana belakang."

"Iya."

Kena mengambil dompet Samudra yang berada di kantong belakang celananya. Membuka dompet itu dan mencari kartu masuk yang dimaksudkan Samudra. Kena sedikit terperangah melihat isi dompet Samudra. Di dalamnya terdiri dari berbagai macam kartu atm. Ada American Express Centurion Black Card, J.P. Morgan Reserve Palladium Card, Bank of Dubai First Royal Mastercard dan masih banyak lagi. Kena tahu, kartu-kartu itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang kekayaannya sudah sangat banyak. Belum lagi jumlah uang merah yang tidak Kena ketahui jumlahnya.

"Kau menemukannya?" Tanya Samudra saat Kena hanya diam menatapi dompetnya.

"Eh, iya. Ini kartu masuknya?" Kena bertanya balik sambil menunjukkan kartu pink yang dia yakini sebagai kartu masuk apartemen Samudra.

BENUAWhere stories live. Discover now