EPISODE IX - KETAHUAN

1K 127 10
                                    

_____

Ketika dirimu sedang melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan orang lain dan merasa terdesak karena ada yang melihatmu. Padahal dengan jelas kamu tidak ingin diketahui oleh satu orang pun.
_____

Atmosfir ruangan yang dominan di isi dengan banyak lemari-lemari menjulang tinggi terasa begitu mencekam. Terjebak sendiri tanpa tahu berkutik. Bergeming dengan otak yang melonglong kosong. Akibat terlalu shock atas apa yang sedang terjadi. Benua merapatkan kedua tangannya di depan dada. Merapal kepada Tuhan agar dia selamat dari kelancangannya masuk ke dalam ruangan rahasia milik ketua Eksekutif Dua kelompok mafia Black Roses.

"Nak, apa kau masih di sini?"

Benua terjengit kaget ketika suara mendayu berat itu tertuju padanya.

"Aku tahu kau masih di balik lemari itu. Ingin ku jemput atau datang sendiri menghadap ku?"

Tanpa Benua ketahui. Sosok ketua Eksekutif Dua itu tengah menyembunyikan smirk nya di balik masker hitam.

"Nak, kau mengabaikan ku."

Si ketua Eksekutif Dua mulai jengah karena pertanyaannya tidak pernah di tanggapi oleh sosok yang sedang bersembunyi ketakutan itu. Merasa seperti orang gila yang selalu meracau tanpa arah. Menyebalkan, pikirnya.

"Jangan salahkan aku jika kali ini kau akan lebih tersiksa dari yang sebelumnya."

Benua yang masih bergeming tanpa melakukan apapun menahan nafasnya. Berharap akan ada yang menolongnya dari siksaan yang sebentar lagi akan di berikan oleh sosok tinggi besar itu.

Dentuman suara telapak sepatu boots menggema seiisi ruangan. Bunyi langkah kaki semakin mendekat. Sangat dekat hingga tak terdengar lagi.

"Kau ku temukan, anak manis."

Benua mendongakkan kepalanya. Matanya sembab dengan luka di bagian bibir yang belum kering. Ada riak diwajahnya. Luka sayat di bagian lengan dan lebam di kaki bagian bawah. Menambah kesan tragis padanya yang selama ini tak pernah mengalaminya.

"Sungguh, kau itu sangat merepotkan ku. Ingin ku bunuh, tapi kau itu berlian mahal yang langka. Bagaimana bisa aku menghilangkan keberuntungan ini?"

Benua diam mendengarkan. Kepalanya mulai berdenyut sakit. Apalagi jantungnya yang sedang kambuh. Menambah suasana takut di dalam dirinya. Debaran yang selama ini sering berdenyut pedih telah datang menghampirinya. Berusaha Benua menahan segala serangan penyakit dalam tubuhnya demi mempertahankan kesadaran.

"Permisi, Bos Besar."

Doa Benua terkabul. Seseorang datang menolongnya. Kalau tidak salah itu adalah orang yang membantunya kemarin.

"Kau datang di waktu yang tidak tepat, El." Ujar ketua Eksekutif Dua geram.

"Maaf. Tapi, Dewan Kepala memanggil Anda. Saya hanya menyampaikan pesannya." El berkata dengan takut.

"Baiklah. Kau ku maafkan. Beri pajaran anak manis ini, El. Agar dia paham dengan dunia yang sedang kita geluti ini."

Si ketua Eksekutif Dua berlalu begitu saja ketika selesai mengatakan perintahnya pada El yang merupakan tangan kanannya.

"Akan saya laksanakan sesuai dengan yang Anda pinta." Jawab El sembari menundukkan kepalanya saat ketua Eksekutif Dua pergi dari hadapannya.

Benua yang hanya menonton percakapan antara tuan bermasker hitam yang di ketahui adalah pejabat penting dari kelompok Black Roses mafia. Sang Eksekutif Dua dan tangan kanannya yang bernama El pun hanya bisa meremat ujung baju yang di pakainya. Ingin kabur tapi pasti dia akan tertangkap. Karena sekarang tubuhnya penuh dengan luka-luka yang belum sembuh.

BENUAWhere stories live. Discover now