4

6K 556 19
                                    

"Ma, aku nggak kuliah hari ini ya. Kayaknya aku sakit."

Aku memeluk Mama yang masih sibuk menyaring jus dari blender ke gelas yang berjejer rapi di depannya. Mama menghentikan aktivitasnya sejenak, ia berbalik dan menyentuh dahiku yang tidak panas.

"Sakit apa?" Mama kembali menyelesaikan pekerjaannya. Dan aku kembali memeluknya dari belakang.

"Perutku, Ma. Aku diajak makan seblak sama Jeffrey kemarin. Terus muntah-muntah, asam lambungku naik." Aku memelas kepada Mama. Aku tahu Mama tidak sepenuhnya percaya dengan alasanku. Tapi akhirnya Mama mengangguk.

"Bilang aja nggak mau ketemu Jeffrey, huu!"

"Ish!" Aku memukul Kak Johnny yang baru saja menoyor kepalaku yang sangat berharga ini.

"Emang kenapa?" Mama menyodorkan segelas jus kepada Kak Johnny sambil memutar tubuhnya. Aku dipeluknya dari samping.

"Berantem dia semalem Ma. Mana Jeffrey diturunin di jalan, tuh mobilnya masih di depan." Kak Johnny tertawa sebelum meneguk setengah jusnya.

Aku menendang kakinya saat dia asik minum. Membuatnya hampir mati tersedak. "Nesu aku sama kamu!"

"Nesu kok omong-omong." Kak Johnny mengeluarkan lidahnya mengejekku. Aku semakin kesal ingin memukulnya, namun dia lebih cepat menghindar dariku.

"Mama!" Rengek ku sambil memeluk Mama karena kesal dengan Kak Johnny. Aku berusaha mencari pembelaan dari Mama, tapi Mama malah menertawakan kelakuanku dan Kak Johnny yang tidak pernah akur.

"Sya..." Tawa Mama dan Kak Johnny terhenti saat suara Ayah terdengar memanggilku. Kita bertiga seketika diam dan saling pandang.

"Iya, Yah?" Sahutku tanpa mendekat ke arah suara Ayah.

"Ada Jeffrey, katanya mau ambil mobil."

Jawaban Ayah membuat diriku melepaskan pelukan pada Mama. Aku mencolek lengan Kak Johnny bermaksud menyuruh Kak Johnny segera keluar dan mengurusnya. Namun dengan sengaja Kak Johnny malah pura-pura tidak mengerti.

"Kuncinya di Kak Johnny. Nih orangnya di dapur, Yah." Aku berjalan pergi meninggalkan Mama dan Kak Johnny. "Bilangin Nesya lagi sakit. Males jalan keluar." Aku masih berteriak dari dapur. Sebenarnya tanpa Ayah bilang ke Jeffrey, Jeffrey pasti sudah dengar apa yang aku ucapakan.

Aku bisa dengar suara tawa dari Mama dan Kak Johnny. Hubunganku dengan Jeffrey memang sudah lama di ketahui oleh keluarga ku. Meski Ayah sedikit dingin dengan Jeffrey, beliau tidak pernah melarang ku menjalin hubungan dengan Jeffrey. Begitupun dengan Mama dan Kak Johnny. Mereka malah menjadikanku dan Jeffrey sebagai bahan guyonan. Termasuk seperti saat ini.

Kaki ku terus melangkah dengan cepat menaiki tangga saat aku bisa dengar suara langkah yang begitu familiar di telingaku. Jelas itu suara langkah kaki Jeffrey yang mendekat ke arah dapur. Mungkin mencari Kak Johnny dan aku tidak peduli, menengok pun tidak.

Suara deritan tempat tidurku terdengar saat aku dengan sedikit kasar membanting tubuhku disana. Saat aku bilang aku sedang sakit dan muntah-muntah itu bukan bohong. Tapi penyebabnya memang bukan seblak yang di belikan Jeffrey, tapi karena kehamilanku.

Ditambah lagi otot tanganku sedikit bermasalah karena ditarik paksa oleh Jeffrey kemarin. Bahkan pergelangan tanganku sedikit memar karena kencangnya cengkraman Jeffrey. Tapi memang dasarnya kulitku mudah memar. Kepentok meja sedikit saja bisa membuat kakiku memar hingga seminggu.

Entah karena psikologi ku saja atau memang tubuhku bermasalah setelah kejiadian kemarin, aku merasa tubuhku benar-benar tidak sedang baik. Aku lemas sejak bangun tadi. Seperti merasakan pegal dan ngilu di sekujur tubuhku. Atau mungkin ini karena pengaruh kehamilanku juga? Aku tidak tahu.

CIRCLE | JaehyunWhere stories live. Discover now