22

4.1K 422 23
                                    


Pernah membayangkan kalau tulang-tulang ditubuh kalian remuk secara bersamaan?

Beruntungnya bagi perempuan, kalian pasti akan merasakan hal itu nanti. Tunggu saja saat melahirkan, bukan lagi sakit haid yang kalian keluhkan setiap bulan, bukan lagi sakit gigi saat geraham terkahir kalian mulai tumbuh.

Itu tidak ada bandingannya dengan sakit kontraksi yang hampir aku rasakan setiap sepuluh menit sekali ini. Sudah hampir setengah jam aku berjibaku dengan pembukaan sembilan dan dengan kontraksi yang begitu menyakitkan, tapi rupanya anak pertama Jefrrey ini benar-benar ingin menyiksa Bundanya.

Perutku sudah mulas tidak karuan. Seperti ada dorongan dari dalam seperti saat ingin buang air besar. Apalagi saat kontraksi datang aku sudah reflek ingin mengejan. Tapi sayang beribu sayang, bidan dan perawat, juga Doren yang dari tadi ada disini melarang ku untuk mengejan. Mereka bahkan tidak segan membentak ku padahal aku sudah kesakitan setengah mati.

"Harus induksi, nggak bisa lama-lama."

Doren menghampiri Jeffrey yang tengah menggenggam tanganku erat-erat. Itu yang dia katakan saat ia baru saja menerima panggilan dari dokter yang bertanggungjawab.

"Caesar aja lah." Kata Jeffrey beranjak dari duduknya. Sepertinya dia sudah tidak tega melihatku berjuang kesakitan seperti ini.

"Nggak mau!" Aku menolak. Aku tidak mau Caesar.

Sudah jadi keputusan ku sejak aku hamil untuk melahirkan secara normal. Meski tidak membayangkan akan selama ini padahal sudah pembukaan sembilan, aku tetap akan berjuang dulu sampai aku menyerah. Sudah hampir 16 jam aku menahan sakit masa iya semua perjuangan harus berkahir di meja operasi.

"Sya, kalau kamu dipacu, yang ada aku menyiksa kamu. Aku nggak tega." Jeffrey kembali menjelaskan. Ia sepertinya sedang kalut sekali.

Setelah aku merasakan kontraksi sejak kemarin sore dan memburuk semalam sekitar jam dua belas, Jeffrey sudah kalut sendiri. Padahal aku saat itu masih bisa berjalan, masih bisa beraktivitas dengan baik tapi dia memperlakukan ku seakan-akan aku ini orang lumpuh.

Ternyata punya ilmu yang diterapkan selama bertahun-tahun itu bisa hilang saat sedang kebingungan seperti ini. Dia seperti orang bodoh yang mondar-mandir di samping tempat tempat tidurku sejak semalam.

"Ma, aku nggak mau!"

Aku merengek pada Mama yang juga menemaniku di ruang bersalin ini. Ditengah rasa sakit yang tidak berkesudahan ini aku masih bisa berdebat dengan Jeffrey. Bahkan sejak proses kelahiranku masuk pembukaan tujuh ia sudah tidak tega melihatku kesakitan dan memaksa untuk melahirkan secara Caesar.

"Kamu yakin? Mama juga nggak tega lihat kamu kayak gini."

Aku mengangguk mantap sambil mengigit bibir bawahku. Tanganku meraih apa saja yang bisa ku remas saat merasakan kontraksi itu datang lagi dan aku masih mati-matian menahan untuk mengejan.

Keputusanku sudah bulat. Jeffrey dan Mama akhirnya menyerah memaksaku untuk melahirkan dengan cara Caesar. Dan sekarang kontraksi yang ku rasakan rasanya tidak sampai lima menit sekali. Setelah Doren memasukkan obat lewat infus tadi, rasanya perutku semakin tidak karuan dan tulang ku sudah lolos dari persendian.

Sepuluh menit berlalu dan belum ada perkembangan yang bagus. Doren bilang kalau satu jam ke depan belum ada pembukaan lengkap mau tidak mau aku harus tetap Caesar. Dan jelas aku tidak mau itu terjadi.

Aku masih bisa berjalan di sekeliling tempat tidur dan masih bisa duduk sebelumnya. Namun setelah diinduksi, kakiku rasanya kebas dan lemas sekarang. Dokter yang biasa menangani bahkan sudah sampai sepuluh menit yang lalu tapi aku juga belum mengalami pembukaan lengkap. Tenagaku sudah banyak terkuras tapi bayiku masih saja ingin berlama-lama di dalam.

CIRCLE | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang