Kisah Baru

3.4K 221 50
                                    


Hngg, lama tidak bertemu yaa :(

Aku ada yang baru nih, tapi belum debut 👉👈

Kenalan dulu yuk, biar tidak kaget 🤭

🌱🌱🌼🌱🌱

Sore ini adzan maghrib terdengar lebih syahdu ditengah gerimis kecil yang datang di musim kemarau. Membawa bau tanah yang menguap terbawa angin yang bertiup sepoi. Kepulan asap rokok di bawah pohon mangga menjulang tinggi setelah dibuang dengan segenap jiwa raga oleh laki-laki yang berumur tiga puluhan itu. Di depannya, duduk anak laki-laki remaja yang tengah asyik menikmati es buah yang ia beli di pinggir jalan. Menu buka puasa yang menjadi favoritnya sejak dulu.

"Om, ssst... ssstt, Om Jeno! Pinjem koreknya."

"Ndak Ka, dimarah sama bapakmu aku nanti."

Laki-laki yang masih menikmati rokoknya setelah seharian puasa itu menggeleng. Ia sengaja mengambil korek api yang semula tergeletak pada meja dan ia masukkan di saku celana. Setiap ia merokok, keponakannya itu selalu saja ribut. Membuat ia tidak bisa menikmati suasana sore yang begitu indah ini.

"Aku udah gede Om, masa gitu aja nggak boleh. Kata Pakde Johnny aja boleh."

"Ndak pareng, Aska." Kata Jeno menirukan suara dan logat bicara kakaknya—ayah dari keponakannya yang tengah merajuk di depannya. "Bapakmu pasti bilang gitu."

(Nggak boleh, Aska)

"Om Jeno nggak seru!" Kesal anak itu sambil berdecak.

Umurnya sudah tujuh belas, tapi kelakuannya masih seperti anak tujuh tahun setiap bersama om-nya. Badannya sudah bongsor menjulang tinggi melebihi ayahnya tapi saat tidur masih suka di-puk-puk bunda jika sedang sakit. Meski baru tujuh belas ia berani mendebat ayahnya jika ingin sesuatu, sama keras kepalanya dengan sang penyumbang kehidupannya di dunia ini. Baru saat kepala keluarga itu bersabda tentang pesantren, Aska akan terdiam. Walau keesokan harinya, ia akan kembali ribut tentang apa yang dia inginkan. Contohnya, celana abu-abunya yang dulu sobek akibat memanjat pagar tembok sekolah.

Bukan tidak mau, tapi sang Ayah sedikit murka dengan kelakuan anak semata wayangnya yang semakin hari bukannya semakin dewasa malah semakin susah diatur. Perkara celana yang dibuat sobek Aska itu adalah celana baru yang ia belikan sehari sebelum acara bolos sekolah Aska itu ketahuan. Setelah celana lama Aska sempit dan terlalu pendek akibat laju pertumbuhannya yang terlalu cepat, mau tidak mau sang ayah harus membelikan celana baru padahal ini baru tahun kedua Aska duduk di bangku menengah atas. Dan salahnya Aska, celana baru hasil merengek  tujuh hari tujuh malam itu malah ia buat sobek padahal baru sehari dipakai.

"Om...." Rengek Aska lagi saat adik dari ayahnya itu masih acuh tak acuh dengan permintaannya.

"Menengo, Ka."

"Om!"

"Hih!" Jeno kehilangan sabar. Bapak-bapak dua anak itu akhirnya merogoh lagi kantung celananya. Mengambil korek api yang sedari tadi jadi topik pertengkarannya dengan Aska. "Nyo pek'en. Tur awas yo nanti bapak mu ngamuk-ngamuk. Ndak mau nulungi aku." Kata Jeno akhirnya.

Aska hanya mengangguk. Ia tidak peduli juga kalau ayahnya marah. Prinsipnya saat sang ayah mengomel adalah : dengarkan lalu lupakan. Semudah itu. Hidup cuma sekali kenapa harus dibuat repot.

Dan sesuai prediksi, apa yang dikatakan Jeno tadi terbukti. Baru korek api itu digunakan sekali, sang ayah yang baru saja pulang dari masjid itu berdiri dengan berkacak pinggang di ambang pintu. Sebelum mengomel ia membenarkan letak sarungnya agar tidak melorot. Matanya sudah melotot sampai-sampai wajah dan telinganya memerah. Sedangkan Aska yang sudah terlanjur menghidupkan koreknya untuk yang kedua kali hanya mematung. Membiarkan apa yang ia kerjakan itu dilihat dengan langsung oleh sang ayah.

CIRCLE | JaehyunWhere stories live. Discover now