25

4K 434 44
                                    

"Ma... maksud Ibu apa?"

Suaraku bergetar. Tiba-tiba tangis yang aku tahan begitu mendesak ingin tumpah. Sakit sekali rasanya dengar Ibu bilang begitu.

Maksudku Ibu juga wanita. Seharusnya Ibu setidaknya sedikit peka dengan perasaanku. Melihatnya bercengkrama dengan Mbak Raya saja sudah membuat hatiku tidak karuan. Dan ini malah dengan terang-terangan bilang begitu.

"Aku tau Ibu nggak suka Jeffrey nikah sama aku. Tapi gimana pun, aku tetap istrinya Jeffrey, Buk."

Aku beranjak. Melepaskan tautan Aska yang masih asik menyusu. Suara lengkingan Aska yang menangis menyamarkan isakkan ku. Ibu keterlaluan sekali kali ini.

Aku capek.

"Kalau Ibu nggak suka sama aku dan Aska, terserah Ibu. Tapi se-enggak sukanya ibu, aku dan Aska udah jadi bagian dari hidupnya anak Ibu."

"Kamu kok ngomongnya begitu. Emang Ibu bilang apa sampe kamu bisa ngomong kayak gitu."

Astaga. Ada ya orang begini. Sekarang Ibu malah menatapku nyalang, tidak ada lembutnya sama sekali. Kenapa seperti aku yang salah disini?

Salah ya membela diri sendiri agar tidak diremehkan?

Lagi pula mau sesuka apa Ibu sama Mbak Raya, kalau Jeffrey maunya sama aku Ibu bisa apa?

Aku kira ibu mertua seperti ini hanya ada di FTV-FTV saja. Ternyata di dunia nyata juga ada. Dan apa yang diceritakan di FTV itu tidak semuanya salah. Intinya tidak ada yang sempurna.

"Sya, Aska ke—"

Jeffrey diam di ambang pintu. Ia terlihat kaget melihatku menangis dengan Ibu yang menatapku marah. Aku tidak bergeming, begitu juga Ibu saat Jeffrey menghampiri kami.

"Ibu ngapain disini? Ayo keluar!"

Jeffrey menarik Ibu keluar dari kamar. Ibu tidak berkata apapun namun juga tidak menolak tarikan tangan Jeffrey. Ibu menurut saat Jeffrey menyeretnya keluar dari kamar.

Aku kembali mendudukkan diriku di atas tempat tidur. Dadaku rasanya sesak sekali, sakit sekali. Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana untuk mengambil hati Ibu. Sepertinya hati Ibu sudah tertutup untukku.

Kadang aku berpikir kenapa Ibu setidak suka itu padaku. Kalau saja aku menikah dengan Jeffrey dengan cara yang lebih baik, apa Ibu akan bersikap lebih baik juga? Apa kalau aku tidak hamil duluan,Ibu akan memperlakukan Aska lebih baik juga?

Sulit ya kehidupan orang dewasa itu. Menjadi Ibu di usia dua puluh tahun saja sudah menjadi beban yang berat bagiku. Apalagi haru kehilangan semua kesenangan masa mudaku dan malah mengurus seorang anak. Ini kenapa ditambah aku harus punya ibu mertua macam mak lampir seperti Ibu.

Rasa-rasanya aku ingin sekali menyerah. Ternyata menikah sama sekali tidak menyelesaikan apapun. Yang ada hidupku semakin rumit dan susah. Tidak ada bahagia-bahagianya.

Semuanya menyedihkan kecuali Aska. Ya, kecuali aku yang dihadiahi Aska oleh Tuhan. Mungkin kalau di kemudian hari aku ditanya kenapa masih bisa bertahan, alasannya adalah Aska. Kalau aku bisa egois, aku ingin sekali hidup berdua saja dengan Aska. Tapi aku tidak bisa.

Bukan Jeffrey yang salah, tapi semua yang berhubungan dengan Jeffrey yang menyulitkan. Masalalunya, keluarganya, pekerjaannya. Rasanya aku seperti diberi taman yang luas, tapi tidak ada bunga, tidak ada kupu-kupu dan lebah. Tamannya sempurna tapi isinya hanya ada rumput liar dan ulat. Jadi untuk apa?

Aku mengelap air mataku meski isakkan ku belum berhenti saat Jeffrey kembali masuk. Lucu sekali, aku ini malah seperti sedang berlomba menangis dengan Aska. Tangis Aska semakain kencang saat melihat aku juga menangis, entah karena ia takut atau memang sadar jika Bundanya ini sedang sedih.

CIRCLE | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang