24

3.7K 456 82
                                    



Happy Reading 💚
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Ternyata mengandung sembilan bulan dan melahirkan sampai bertaruh nyawa itu bukan akhir dari perjuangan wanita. Bisa dibilang semua itu hanya awal. Karena pada intinya, merawat dan membesarkan seorang anak adalah tugas yang terberat.

Sekarang aku bisa paham kenapa Ayah dan Mama begitu marah saat tahu aku hamil sebelum menikah. Perjuangan mereka membesarkan aku dan mendidik ku selama bertahun-tahun ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Dan pada akhirnya, semua pengorbanan mereka malah aku balas dengan hal yang memalukan.

Benar kata Mama, membesarkan anak dan merawatnya setiap hari bukan hal mudah. Semuanya butuh pengorbanan. Harus rela kurang tidur, melupakan semua perawatan tubuh, bahkan harus tahan lapar saat perut sudah minta diisi.

Tapi aku tidak akan mengeluh. Bagiku Aska menjadi lebih dari semangatku untuk terus bertahan. Memalukan sekali jika aku mengeluh karena merawatnya.

"Jeff, bisa tolong ambilkan tissue basah?"

Aku menggoyang tubuh Jeffrey yang masih terlelap dengan damai di samping tubuh Aska. Namun sudah berkali-kali aku membangunkannya dia sama sekali tak bergeming.

"Jeff!"

"Ah, apa sih!"

Aku kesal sekali. Jeffrey ini kenapa sama sekali tidak bisa membantuku sih? Dia malah asik tidur padahal Aska sudah menangis sekencang tadi. Aska baru tidur sekitar dua jam dan dia terbangun karena buang air. Membuatku harus ikut bangun padahal aku baru saja memejamkan mata setengah jam yang lalu.

Aku menggendong Aska untuk ikut bersamaku mengambil tissue basah. Aku lupa tidak membawanya ke kamar karena setelah pulang belanja tadi aku belum sempat beres-beres. Jeffrey juga tidak begitu pengertian dengan sekedar membantuku menata barang belanjaan.

Aku tidak tahu ini hanya perasaanku saja atau memang Jeffrey yang semakin menjengkelkan. Dia tidak sebaik dulu. Maksudku, Jeffrey sekarang mulai terkesan bodoamat dengan apa yang aku lakukan. Dia tidak se-peka dulu saat melihatku sedang kesusahan.

Katanya laki-laki memang cepat atau lambat akan berubah setelah pernikahan berjalan semakin lama. Aku harap ini memang wajar, jadi aku tidak perlu khawatir tentang kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mengganggu pikiranku.

Aku menarik sofa ruang tengah untuk menjadi alas di lantai sebelum menidurkan Aska. Jadi sofa yang di ruang tengah itu memang seperti bertingkat dan bisa di lepas. Setelah itu aku buru-buru mengobrak-abrik dua kantong plastik besar di atas meja makan sebelum Aska mulai menangis lagi.

Jam di dinding masih menunjukkan pukul dua pagi saat aku selesai mengganti popok Aska. Mataku benar-benar berat sekali untuk tetap terjaga. Namun aku belum bisa tidur sebelum Aska juga tidur setelah menyelesaikan acara menyusunya.

Hari ini tepat Aska berusia satu Minggu. Seperti halnya bayi di usianya, Aska menghabiskan waktunya banyak untuk tidur. Sesekali terbangun saat merasa haus atau popoknya basah. Tapi bukan berarti aku juga bisa sering tidur.

Meski Aska banyak tidur, aku harus tetap membangunkannya setiap satu atau dua jam sekali untuk minum ASI. Setelah itu aku harus mengerjakan banyak pekerjaan rumah lainnya. Menyiapkan semua keperluan Jeffrey yang akan berangkat kerja atau menyiapkan makan dan keperluan mandinya saat menjelang dia pulang kerja.

Lelah? Tentu saja. Tapi aku juga tidak tahu kenapa aku bisa melewati ini. Aku tidak pernah terbayangkan bisa mampu menjadi sekuat ini.

Kata Jeffrey, jalani saja. Dan ternyata benar. Tidak perlu berpikir kenapa dan bagaimana semuanya akan baik-baik saja selama kita merasa ikhlas.

CIRCLE | JaehyunWhere stories live. Discover now