18

3.8K 385 27
                                    

JEFFREY POV

"Nggak mau! Kamu aja." Aku menghentakkan kakiku kesal karena Nesya terus memaksaku mengantarkan pisang goreng buatannya untuk tetangga sebelah.

Setelah berjibaku dari pagi di dapur, Nesya terlihat puas karena keberhasilannya menggoreng pisang hari ini. Nesya tidak pernah masak sebelum menikah denganku, jadi dia bisa menggoreng pisang dengan baik aja aku udah bersyukur. Meskipun ya, dapurku jadi kayak kapal pecah.

Tapi tidak papa. Karena kemauan Nesya yang kuat untuk belajar, sekarang setiap dia masak pasti berhasil. Walaupun tidak seenak yang aku bayangkan, setidaknya itu masih bisa di makan.

"Enggak mau!" Tolakku lagi saat Nesya menyodorkan piring berisi pisang gorengnya.

"Kamu itu!"

Aku berjengit saat tangan kecilnya itu memukul pantatku. Jangan kira karena lebar tangannya hanya separuh dari lebar tanganku pukulannya tidak sakit. Aku bahkan bisa merasakan pantatku terbakar karena pukulannya.

"Ih, ya masa aku! Malu lah, tiba-tiba ketok pintu bawa pisang goreng. Terus aku ngomong apa nanti?" Aku masih menolak dengan keras. Selain malas basa-basi aku itu sedikit pemalu, hehe.

"Ya bilang aja mau ngasih pisang goreng karena aku gorengnya banyak, gitu."

"Enggak ah!" Aku berjalan pergi dari dapur. Mengindari Nesya adalah jalan ninja ku saat ini. Kalau tidak bisa aja pantatku lecet karena dia pukuli.

"Heh!"

Haduh kok serem.

Aku akhirnya berbalik waktu suara Nesya terdengar begitu menggelegar di telingaku. Tidak bisa, aku tidak bisa menolak Nesya. Dari pada nanti tidur cuma di kasih bokong, kayaknya aku harus nurut aja. Malu sedikit tidak papa lah, demi keharmonisan rumah tangga.

Baru saja aku ingin berjalan menghampirinya, bel rumahku berbunyi. Ya ampun, bahagianya aku. Aku segera berlari ke depan, meninggalkan Nesya yang juga berlari menysul ku. Aku kadang khawatir kalau Nesya seaktif itu padahal lagi hamil. Tapi ya dari pada tambah diomelin aku tidak akan berkomentar dulu.

Aku kaget, tertegun melihat siapa yang berdiri di depanku. Sama halnya denganku, wanita itu juga seperti membeku di depanku. Jadi benar dugaan ku selama ini kalau tetangga sebelah, teman akrabnya Nesya itu Raya.

"Loh, Mba Raya. Baru aja aku mau kesana..."

Nesya sudah buru-buru menyelinap lewat bawah ketiak ku melihat siapa yang datang. Raya sepertinya langsung mengalihkan pandangannya padaku dan sibuk bercengkrama dengan Nesya. Aku berdecak kesal saat Nesya bilang begitu, padahal dari tadi yang di paksa ke rumah Raya itu aku.

"Eh, mbak ini suamiku." Nesya memukul dadaku waktu memperkenalkan ku pada Raya. Rasa panas di pantat ku tadi kembali aku rasakan di dada. Emang tidak berakhlak istriku ini.

"Eh iya. Udah lama tetanggaan tapi baru ketemu." Raya tersenyum canggung ke arahku. Sepertinya dia ingin kita seperti tidak mengenal satu sama lain. Seperti yang Nesya tahu. Padahal sebenarnya aku lebih kenal Raya dari pada Nesya, mungkin.

"Jeffrey." Aku mengulurkan tanganku. Dengan ragu Raya menerima uluran tanganku dan tersenyum.

"Raya."

Nesya mendorong badanku ke samping. Memberi jalan untuk Raya agar bisa masuk ke dalam rumah. Aku masih heran, badannya Nesya kecil tapi tenaganya tidak kalah dengan Johnny yang berbadan besar. Apa semua keturunan bule begitu? Apa cuma Nesya aja yang kelebihan tenaga?

Tidak tahu lah. Yang lebih penting adalah ini Raya gimana....

Aku duduk berhadapan dengan Raya saat Nesya sudah berlalu ke dapur. Selagi Nesya membuat minum, aku mencoba mencari tahu bagaimana bisa Raya tinggal di sebelah sebagai tetanggaku.

CIRCLE | JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang